Asal Kata dan Tujuan Puasa

0
251

Kata puasa sudah sangat lazim kita kenal sebagai kegiatan atau ibadah tidak makan dan tidak minum. Namun apakah kita tahun arti kata puasa itu sendiri?

Puasa berasal dari dua kata dalam bahasa Sansekerta, yaitu: upa dan wasaUpa, semacam perfiks yang berarti dekat. Wasa berarti Yang Maha Kuasa, seperti umat Hindu di Indonesia menyebut Sang Hyang Widhi Wasa. Jadi upawasa, atau yang kemudian pengucapannya menjadi puasa, tidak lain daripada cara mendekatkan diri dengan Tuhan. Sebagai cara untuk mendekatkan diri dengan Tuhan, puasa adalah pelatihan mental dan spiritual yang bertujuan mengubah sikap dan kejiwaan manusia. Sikap yang diubah adalah sikap yang buruk, sehingga menjadi baik. Jadi puasa berkaitan dengan sebuah pelatihan sikap spiritual melalui pelatihan badani. Orang yang berpuasa adalah orang yang terus melatih diri menjadi baru di dalam sikap.

Oleh karena itu, hanya berpuasa bukan hanya menahan makan dan minum, tetapi juga mengontrol emosi, kata-kata, tindakan, pikiran, dan perilaku. Orang yang berpuasa adalah orang yang sadar diri dan selalu berada di dalam pengendalian diri. Sikapnya terlatih untuk terkendali dari bersikap sembrono, atau mengambil keputusan secara asal-asalan, atau bertindak ngawur. Orang yang dapat mengendalikan diri dari hawa nafsu makan dan minum adalah orang yang mampu mengendalikan dirinya.

Bahasa Yunani untuk puasa adalah nestuo, berasal dari dua kata ne dan esteia, artinya tidak makan. Sekalipun tampaknya hanya soal tidak makan, namun Yesus menekankan yang lebih daripada itu. “Apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang menafik” (Mat 6:16). Artinya, puasa hati atau puasa batin, yakni pembaruan seluruh diri itulah yang ditekankan oleh Yesus. “Bapamu melihat yang tersembunyi” (Mat 6:18).

RELATED ARTICLE  Pythagoras Cup and Greed

Dengan demikian, puasa – terutama dalam agama Hindu – dipahami sebagai sarana, cara, atau metode untuk mencapai sesuatu. Dalam mencapai sesuatu itu adalah dengan mengendalikan sikap sehingga menjadi baru. Orang yang terkendali sikapnya adalah laksana orang yang berada di dekat Tuhan. Siapa pun tidak akan urakan atau liar jika berada di dekat Sang Maha Agung. Oleh karena itu, sifat puasa adalah sakral, karena dihubungkan dengan niat mendekatkan diri kepada Tuhan. Orang yang berpuasa adalah orang yang secara tulus menyelaraskan diri dengan sifat Tuhan.

Berdasarkan pengertiannya, puasa tidak bertujuan pada dirinya atau untuk berdiet, melainkan bertujuan untuk membarui sikap iman melalui pelatihan spiritualitas. Orang Kristen yang berpuasa adalah orang yang bersikap takut hanya kepada Tuhan di dalam berperilaku dan bersikap dalam dunia sesehari. Takut dan hormat adalah sikap orang yang berada di dekat Tuhan.