Terkadang orang-orang yang memiliki relasi dekat dan baik dengan kita, dapat terpengaruh oleh bujukan atau provokasi orang tertentu yang berniat jahat, sehingga mereka memusuhi kita. Para sahabat dekat itu bahkan terkadang lalu ikut-ikutan memfitnah kita, menempelkan kepada kita kesalahan atau kejahatan yang sebenarnya tidak pernah kita lakukan.
Seiring dengan perjalanan waktu mereka akan menyadari bahwa kejahatan atau kesalahan yang pernah mereka tuduhkan kepada kita adalah fitnah semata. Dan ketika hal ini mereka sadari, mereka akan sangat menyesal dan dihantui perasaan bersalah. Mereka biasanya tidak memiliki keberanian untuk menjalin kembali relasi dengan kita.
Ketika hal ini terjadi, yang perlu kita lakukan adalah bergerak membuka komunikasi. Kita meyakinkan mereka dan menegaskan bahwa kita tetap mengasihi mereka dan justru sedih dan cemas kalau mereka tenggelam dalam kesedihan dan penyesalan. “Aku menulis kepada kamu dengan hati yang sangat cemas dan sesak dan dengan mencucurkan banyak air mata, bukan supaya kamu bersedih hati, tetapi supaya kamu tahu betapa besarnya kasihku kepada kamu semua.” (2 Kor. 2:4). Penegasan bahwa kita tetap mengasihi mereka akan memberi mereka kekuatan dan keberanian untuk memulai lembaran baru dalam relasi dengan kita.
