Hitam-Putih atau Kaya Warna?

0
120

Pdt. Ronny Nathanael,

Betapa muram dan membosankannya jika di dalam dunia hanya ada warna hitam-putih. Kita bersyukur bahwa Tuhan menciptakan alam semesta dan kehidupan yang kaya warna.

Istilah hitam-putih juga menggambarkan kecenderungan pola pikir tertentu. Yaitu pola pikir yang cenderung membagi kenyataan hidup hanya dalam dua kutub: hitam atau putih, benar atau salah, jelek atau baik, suka atau tidak suka.

Orang dengan pola pikir hitam-putih cenderung melihat yang berbeda dengan dirinya atau kelompoknya sebagai lawan atau musuh. Misalnya si X berpola pikir hitam-putih.  Maka yang bisa berteman dengan dia hanyalah orang atau orang-orang yang selalu setuju dan mengikuti pikiran dan pendapat si X. Begitu teman ini berbeda pendapat, lain pandangan dengan dirinya, maka bagi si X orang ini bukan teman lagi. Dalam skala yang lebih besar pola pikir hitam-putih bisa kita temukan dalam sikap kelompok-kelompok radikal yang sangat fanatik dengan pikiran, keyakinan kelompok mereka. Bisa karena pertimbangan rasialis, bisa karena alasan agama, atau oleh alasan lain.

Sederhananya dalam pola pikir hitam-putih prinsip yang berlaku adalah: “Kalau kalian mau hidup bersama kami maka kalian harus menjadi sama seperti kami. Kalau kalian tidak mau menjadi sama seperti kami maka kalian harus menyingkir atau kami singkirkan”

Pola pikir hitam-putih sangat berbahaya. Berbahaya sebab pola pikir seperti itu menutup mata terhadap realitas keragaman. Kenyataan hidup membuktikan bahwa yang ada dalam realitas bukan cuma hitam atau putih. Di antara hitam dan putih ada banyak warna. Dan warna-warna itu tidak bisa ditiadakan atau dianggap tidak ada. Itu adalah kenyataan yang harus diterima dengan kerendahan dan kebesaran hati.

Di dalam surat Efesus 2:14- dikatakan: “Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan yang telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseteruan,”

RELATED ARTICLE  Perut dan Barang

Kalau kita mengaku dan sungguh mengamini bahwa kita telah menjadi manusia baru di dalam Kristus, bukankah sepatutnya kita juga merobohkan berbagai “tembok pemisah” yang menghalangi orang untuk mengalami damai sejahtera yang disediakan Allah bagi seluruh umat manusia?  Selamat merawat kehidupan bersama dengan pola pikir kaya warna, bukan dengan pola pikir hitam putih.