Ir. Robert Robianto Berpulang

0
85

SINODEGKI.ORG – Ir Robert Robianto, Ketua Umum Yayasan Badan Pendidikan Kristen Penabur, meninggal dunia di RS Siloam Karawaci, pada hari Senin, 29 Januari 2018, pukul 17.13, dalam usia 59 tahun.

Jenazah disemayamkan di Rumah Duka Husada ruang Q, P, Q dan R (lantai 3), dan menurut rencana dikremasikan pada hari Kamis, 1 Februari 2018 di Oasis Tangerang.

Terkait rencana pelayanan, diperoleh kabar Selasa (30/1/2018), pukul 14.00 di Rumah Duka Husada diselenggarakan kebaktian penghiburan (dilayani Maranatha), pukul 19.00 kebaktian penghiburan (BPK Penabur/ Pdt. Santoni).

Pada hari Rabu (31/1/2018), pukul 14.00 di Rumah Duka Husada dilaksanakan kebaktian penghiburan (STT Jakarta), pukul 19.00 kebaktian tutup peti (GKI Gunung Sahari/Pdt. Imanuel Kristo).

Pada hari Kamis (1/2/2018), di GKI Gunung Sahari, pada pukul 09.00 diselenggrakan kebaktian pelepasan (BPMSW GKI SW Jabar / Pdt. Cordelia Gunawan) di Krematorium Oasis Lestari pada pukul 14.00 diselenggarakan kebaktian kremasi (GKI Gunung Sahari / Pdt. David Sudarto).

Robert Robianto memangku jabatan sebagai Ketua Umum Yayasan BPK Penabur sejak tahun 2014, setelah sebelumnya selama dua periode menjabat sebagai Ketua BPK Penabur Jakarta.

Terjun ke Dunia Pendidikan adalah Pelayanan

Dalam kehidupan sehari-hari, Robert Robianto adalah owner sekaligus pemimpin PT Binareksa Tatamandiri, rekanan bisnis dari perusahaan komputer IBM.

Mengawali berkarier di PT USI Jaya, Robert, lulusan Fakultas Teknik Sipil Universitas Katolik Parahyangan Bandung, tergerak untuk mengikuti tes masuk IBM. Ia diterima.

Namun, tidak semudah membalik telapak tangan bagi Robert menggapai cita-citanya. Berasal dari keluarga sederhana, anak sulung dari tujuh bersaudara ini, harus bekerja keras untuk membangun kariernya. Ia terbiasa bekerja sejak remaja, dan bersyukur bisa diterima di SMAK 1 BPK Penabur.

RELATED ARTICLE  Seminar "Mengapa Organ, Regenerasi Organis Gereja"

Lulus SMA pun menjadi persoalan baginya. Tidak seperti teman-teman sebayanya yang langsung bisa meneruskan pendidikan ke bangku kuliah, Robert harus menghadapi kenyataan ketiadaan biaya untuk kuliah. Dan, itu berarti ia harus bekerja.

Bekerja keras dan jujur, adalah ajaran orangtua yang terus ia pegang, hingga akhir hayatnya. Bekerja keras yang membuatnya berhasil menyelesaikan pendidikan di Fakultas Teknik Sipil Universitas Parahyangan. Ia memanfaatkan kepandaian sebagai karunia Tuhan untuk memberi les privat dan mengajar di sebuah sekolah menengah pertama Kristen demi menyelesaikan pendidikannya.

Tempaan hidup juga yang mengantar Robert selalu menerapkan kejujuran, menjauhi sifat serakah, dan selalu berbagi dengan orang lain dalam membangun bisnisnya. Bagi Robert, terjun ke dunia pendidikan, adalah pelayanan, ungkapan dari rasa syukur atas berkat yang sudah dilimpahkan Tuhan baginya.

Bahkan ketika menghadapi kenyataan divonis mengidap kanker nasopharynx pada 2012, pun tidak menyurutkan semangatnya untuk terus melayani. Pernah dinyatakan sembuh, di tengah perbincangan pada Juni 2017, Robert justru menyinggung kesiapannya untuk kembali menjalani proses pengobatan di Jepang. Ia bahkan sempat berbagi kisah tentang dialognya dengan dokter yang merawatnya.

Selain di BPK Penabur, ayah tiga anak ini, juga terlibat dalam kepengurusan berbagai perguruan tinggi Kristen seperti Universitas Kristen Maranatha, Universitas Kristen Krida Wacana (Ukrida). Ia juga menjadi Ketua Umum Pengurus Lembaga Pendidikan Tinggi Teologia Indonesia. (satuharapan.com/spw)