Jangan Menjual Tuhan

0
104

Pdt. Agus Wijaya, 

Kel. 4: 27-31; Kis. 7: 35-43

Tidak seorangpun mampu melakukan apapun dalam hidupnya. Karena itu diperlukan tukang jahit, tukang bangunan, tukang roti, polisi dan lain-lain. Semuanya saling memberikan keahlian mereka untuk mencukupkan yang lain.

Musa sebagai orang yang menerima Firman Tuhan, mempunyai keterbatasan untuk menyampaikan Firman itu kepada umat Israel karena itu Harun hadir untuk menyampaikan Firman itu, dan mereka menjadi percaya.

Keluaran 4:30-31 (TB)  Harun mengucapkan segala firman yang telah diucapkan TUHAN kepada Musa, serta membuat di depan bangsa itu tanda-tanda mujizat itu. 

Lalu percayalah bangsa itu, dan ketika mereka mendengar, bahwa TUHAN telah mengindahkan orang Israel dan telah melihat kesengsaraan mereka, maka berlututlah mereka dan sujud menyembah.

Namun sayangnya itu tidak berlangsung lama. Ketika mereka sudah keluar dari Mesir, dan melihat tantangan perjalanan di padang gurun, umat Israel lalu memberontak kepada Tuhan. Ketika Musa ada di atas gunung untuk menerima perintah Allah, mereka berbalik dan tidak setia. Sayangnya Harun tidak menjadi partner yang mengingatkan. Harun menuruti mereka membuat patung anak lembu emas.

Kotbah Stefanus di hadapan Mahkamah Agama;

Kisah Para Rasul 7:39-40 (TB)  Tetapi nenek moyang kita tidak mau taat kepadanya, malahan mereka menolaknya. Dalam hati mereka ingin kembali ke tanah Mesir.

Kepada Harun mereka berkata: Buatlah untuk kami beberapa allah yang akan berjalan di depan kami, sebab Musa ini yang telah memimpin kami keluar dari tanah Mesir — kami tidak tahu apa yang telah terjadi dengan dia.  

Pemberontakan umat Israel, ketidaksetiaan Harun kepada Musa merupakan hal yang niscaya terjadi.

Dalam hidup, orang lebih mengutamakan  kepentingan daripada setia, mengutamakan uang, kedudukan, jabatan bahkan kenikmatan daripada iman. Bahkan banyak orang menjual Tuhan dalam hidupnya hanya untuk mendapatkan kenikmatan dan rasa aman di dunia.

Adakah kita yang masih tinggal beriman kepada Tuhan terus bertahan sampai akhir?

Perjalanan hidup sebagai orang beriman tidak selalu mudah. Kita seperti orang Israel dalam pengembaran kita di dunia.

Jangan bersungut-sungut, jangan menjadi patah arang; tetaplah setia kepada Dia yang menuntun dan menyertai hidup kita.

RELATED ARTICLE  Refleksi Harian - 21 Juli 2015