Karena Kasih Karunia, Bukan Taurat

0
86
Im. 6 : 1 – 7
Gal. 5 : 2 – 6
Mengakui kesalahan adalah tindakan sebagai orang yang mau mulai untuk memperbaiki diri. Dia belajar bahwa apa yang ia lakukan tidak sesuai dengan yang semestinya.
Namun, banyak orang yang enggan untuk melakukannya. Orang cenderung untuk menutupi kesalahan dengan kesalahan yang baru.
Tuhan mengingatkan kepada umat bahwa peebuatan salah itu bukan semata-mata hubungan antar manusia tetapi seseorang yang berlaku salah, sebenarnya ia sedang berbuat salah kepada Tuhan. Karena itulah imam harus mengadakan pendamaian antara dirinya dengan Tuhan;
Imamat 6:7 (TB)  Imam harus mengadakan pendamaian bagi orang itu di hadapan TUHAN, sehingga ia menerima pengampunan atas perkara apa pun yang diperbuatnya sehingga ia bersalah.”
Itulah yang dilakukan oleh umat Israel, dan itu yang dilakukukan selalu dalam korban penghapus dosa atau korban yang lain.
Bagaimana dengan kita orang Kristen?
Mengakui salah memang patut kita lakukan tetapi yang harus diingat adalah keselamatan kita bukan karena melakukan hukum Taurat tetapi karena kasih karunia.
Paulus sedih ketika ia mendapati jemaat Galatia mulai terombang-ambing imannya dan peecaya kepada ajaran bahwa menjadi orang Kristen haruslah menjadi orang Yahudi terlebih dahulu, yaitu dengan menyunatkan diri.
Galatia 5:2-3 (TB)  Sesungguhnya, aku, Paulus, berkata kepadamu: jikalau kamu menyunatkan dirimu, Kristus sama sekali tidak akan berguna bagimu.
Sekali lagi aku katakan kepada setiap orang yang menyunatkan dirinya, bahwa ia wajib melakukan seluruh hukum Taurat.
Orang Galatia lupa bahwa hidup orang beriman semata oleh karena kasih karunia, bukan dengan melakukan hukum Taurat.
Oleh karena itu teguran Paulus ingin mengembalikan iman percaya mereka kepada Tuhan yang memberikan kasih karunia itu kepada kita.
Sudahkah kita terus menyadari tentang hal ini: kita hidup semata oleh kasih karunia Allah kepada kita, karena itu kita patut menjaga hidup kita dengan baik dan hidup berdasarkan kasih karunia yang Tuhan beri dalam hidup kita dengan senantiasa percaya dan mempercayakan hidup kita kepada Tuhan.
Hidupilah itu!
RELATED ARTICLE  Menghakimi, Dihakimi