Kematian Bagian Kehidupan

0
337

Kematian Bagian Kehidupan

(Filipi 1:21)

Berdasarkan salah satu survey, kebanyakan org masih takut mati. Mati pada usia 30 tahun, dikubur pada usia 60 tahun, pernahkah anda mendengar istilah tersebut? Apa maksudnya? Istilah tersebut menunjuk kepada orang yang tidak pernah menggali dan mengembangkan potensi didalam dirinya. Meski usianya panjang, tapi ia menjalani kehidupannya dengan sia-sia dan sama sekali tidak maksimal. Norman Cousins berkata  “Kematian bukanlah kerugian terbesar dalam hidup, kehilangan terbesar adalah apa yang mati dalam diri kita sementara kita masih hidup”.

Seseorang dalam kehidupannya harus senantiasa belajar untuk tidak menyia-nyiakan setiap waktu yang dianugerahkan oleh Tuhan. Bukan sebagai org yang sempurna (sama halnya dengan kita juga kan?) namun terus belajar mengarah pada kesempurnaan hidup yang dinampakkan dengan jelas sekali sampai akhir hayat hidupnya. Hal yang terpenting adalah melalui apa yang dikerjakan dalam hidupnya spy tidak menjadi sia-sia bukan hanya semata-mata bagi diri dan keluarganya semata, melainkan untuk sesama yang membutuhkannya! Dalam salah satu kesaksian yang saya dengar sendiri saat dalam keadaan yg up and down, dia minta spy Ibu menolong orang yang saat itu sdg datang menjenguknya atau ada suster jaga juga yang datang dan menitipkan kepada salah satu adiknya untuk kelanjutan kehidupan keponakan-keponakaannya. Inilah yang dimaksud oleh penulis Wahyu-perbuatan-perbuatan baik yang menyertainya dan sekarang beliau boleh beristirahat dari segala jerih lelah mereka.

Ada sebuah buku yang menceritakan kesaksian seseorang sebelum meninggal. Orang itu berkata: “Aku dapat meninggalkan dunia ini dengan lega dan tenang, bukan oleh karena apa yang telah aku peroleh, melainkan oleh karena apa yang telah mampu aku berikan kepada orang lain selama aku hidup.” Inilah warisan iman yang sangat berharga, permata kehidupan yang mengajarkan kepada kita semua bahwa kebahagiaan manusia itu tidak terletak ketika kita mempunyai lebih banyak, melainkan ketika kita menjadi manusia lebih baik, lebih bermakna bagi Tuhan dan bagi sesama. Not by having more, but by being more kalau mnrt Alm. Pdt. DR. Eka Darmaputera. Filosofi hidup : Saat kita lahir, kita yang menangis orang lain bahagia. Kalau ketika kita mati tetap demikian adanya, maka hidup kita sia-sia. Seharusnya, saat kita mati, kita berbahagia, orang lain menangis. Itu baru kehidupan yang bermakna dan tidak sia-sia! Mati adalah keuntungan dan hidup adalah Kristus yang jadi berkat! Bagaimana dengan hidup kita saat ini?

RELATED ARTICLE  Refleksi Harian 25 Juni 2015

 (Only when we learn how to die, then we learn how to live)

Pdt. Woro Indyas Tobing