Konsisten

0
62

Pdt. Agus Wijaya,

1 Raja-Raja 19:1 – 8; Ibrani 2:10 – 18 

Tidak terlalu mudah untuk menjadi konsisten dalam hidup kita. Apalagi jikalau keadaan tidak menentu.

Ancaman Izebel kepada Elia menjadikan Elia lari menuju padang gurun, bahkan minta kepada Tuhan untuk mencabut nyawanya.

1 Raja-raja 19:3-4 (TB)  Maka takutlah ia, lalu bangkit dan pergi menyelamatkan nyawanya; dan setelah sampai ke Bersyeba, yang termasuk wilayah Yehuda, ia meninggalkan bujangnya di sana.

Tetapi ia sendiri masuk ke padang gurun sehari perjalanan jauhnya, lalu duduk di bawah sebuah pohon arar. Kemudian ia ingin mati, katanya: “Cukuplah itu! Sekarang, ya TUHAN, ambillah nyawaku, sebab aku ini tidak lebih baik dari pada nenek moyangku.” 

Ini berbeda dengan Elia yang mengalahkan nabi-nabi Baal, bahkan membunuh mereka.

Elia tak lagi mampu menyembunyikan ketakutannya.

Hidup yang konsisten dengan segala akibat yang mungkin ditanggung mestilah kita hadapi dalam hidup kita; suka duka, susah senang adalah bagian dari sikap yang diambil.

Itulah yang dilakukan Yesus dalam hidup-Nya di dunia. Ia tahu tugas pengutusan-Nya di dunia adalah untuk menyelamatkan dunia ini dengan karya kasih-Nya;

Ibrani 2:10, 17-18 (TB)  Sebab memang sesuai dengan keadaan Allah — yang bagi-Nya dan oleh-Nya segala sesuatu dijadikan —, yaitu Allah yang membawa banyak orang kepada kemuliaan, juga menyempurnakan Yesus, yang memimpin mereka kepada keselamatan, dengan penderitaan. 

Itulah sebabnya, maka dalam segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudara-Nya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa.

Sebab oleh karena Ia sendiri telah menderita karena pencobaan, maka Ia dapat menolong mereka yang dicobai. 

Jadi, mampukah kita hidup konsisten dengan tugas pengutusan kita? Yang benar pertanyaannya bukan mampu. Kalau mampu, Tuhan yang memampukan kita. Yang perlu adalah: maukah kita hidup konsisten dalam hidup kita?

Tentu dengan segala resiko menjadi orang beriman.

RELATED ARTICLE  Apa tolak ukur hidup kita?