Merayakan Hidup Dalam Anugerah KeselamatanNya

0
72

Bilangan 21:4-9; Mazmur 107:1-3, 17-22, Efesus 2:1-10; Yohanes 3:14-21

 

Saudara-saudara yang dikasihi Kristus,

Ingatkah Saudara, tadi sewaktu bangun pagi, kaki mana yang kita gerakkan lebih dulu? Saat kaki bisa bergerak, ingatkah kita untuk bersyukur pada Tuhan, bahwa kita masih hidup! Rasa syukur dimulai dari hal-hal sederhana yang bisa kita rasakan sehari-hari. Dengan memulai syukur dari hal sederhana, maka kita akan dapat merayakan hidup dalam segala sesuatu.

Bacaan dari kitab Bilangan pada hari ini menunjukkan kasih setia Allah kepada umatNya, meski umat pernah menduakan Tuhan hingga meninggalkan Tuhan. Keberdosaan umat tidak menghalangi Tuhan untuk berkasih setia. Bahkan saat umat berteriak minta tolong dari penindasan di Mesir, Tuhan pun membebaskan umat dengan membawa mereka keluar dari tanah perbudakan. Tidak hanya mendengar dan menolong, Tuhan juga memelihara umat dengan menyediakan makan dan minum – tanpa umat harus mencari sendiri! Luar biasa Tuhan Allah kita, kasih setiaNya tak terbatas. Justru umat yang seharusnya bersyukur atas anugerah keselamatan dari Allah, tidak mampu mensyukuri anugerah Allah. Pemeliharaan Allah bagi umat terasa membosankan, karena menu yang Allah sediakan itu-itu saja. Bukannya mensyukuri anugerah Allah, yang di dapat tanpa bekerja, umat menggerutu dan menyerang Musa, bahwa pilihan ‘membebaskan’ umat dari Mesir dan memberi makan ‘gratis’ selama bertahun-tahun adalah sebuah kesalahan.

Tuhan Allah yang berkasih setia kemudian memberikan ‘didikan’ kepada umat, bahwasanya rasa tidak bersyukur atas permintaan umat sendiri untuk dibebaskan dari tanah perbudakan hingga mendapat pemeliharaan penuh dari Tuhan perlu dibenahi. Tuhan mendatangkan ular beludak (ada yang menafsirkan ular kobra) ke tengah umat untuk menyadarkan kesalahan mereka. Pagutan ular yang mendatangkan kematian – hal yang ditakuti umat, karena tak bisa menikmati hidup lagi, membuat umat merasa bersalah dan memohonkan pengampunan dosa kepada Tuhan melalui Musa. Tongkat berkepala ular yang menjulang, dan harus dipandang oleh umat saat meregang nyawa akibat pagutan ular, menjadi alat penolong umat, kalau mereka mau tetap hidup. Memandang tongkat yang menjulang tinggi sebagai sebuah gambaran bahwa umat musti memandang dan menempatkan Allah di tempatNya (yang tinggi). Allah yang memelihara umat dengan memenuhi kebutuhan pokok umat sehari-hari, yang menunjukkan bahwa Allah dekat dengan manusia, adalah Tuhan. Umat musti menghormati Tuhan Allah dan kekudusanNya. Dari sisi umat, motivasi untuk percaya pada Tuhan adalah ketika Tuhan memenuhi semua yang umat perlukan. Saat Tuhan tidak bersedia memenuhi, maka umat berubah menjadi tidak percaya. Tuhan mendidik umat dengan mengajarkan bahwasanya percaya kepada Tuhan berarti percaya pada kehendak Tuhan, menjawab bahkan tidak menjawab kebutuhan umat adalah kehendak Tuhan.

RELATED ARTICLE  Pelembagaan Bajem GKI Sutopo - Bakal Jemaat Pondok Makmur

Pemazmur mengajak umat menanggapi pertolongan dan keselamatan dari Tuhan dengan bersyukur atas kasih setia Tuhan. Rasa percaya umat perlu diwujudkan dalam kesanggupan menceritakan pekerjaan-pekerjaan Tuhan dengan sorak sorai (merayakan hidup dalam segala keadaan).

Bacaan Injil Yohanes, mengajak Nikodemus dan pembaca untuk memandang Yesus yang adalah Tuhan. Ia ada di atas kayu salib bukan karena tak bisa lari/lepas dari derita. Justru di salib itulah kasih setia Tuhan yang tak berkesudahan dibuktikan. Bukan agar tak menderita, bukan karena tak punya kuasa, tapi karena kasih setia Tuhan yang rela mengorbankan ‘Putra TunggalNya’ demi menyelamatkan umatNya. Dan umat diminta untuk berani hidup dalam terang sebagai bukti bahwa umat sanggup hidup secara bnr di hadapan Allah.

Saudara-saudara yang dikasihi Kristus, marilah kita mensyukuri karya penyelamatan Allah sebagai anugerah dalam Kristus Yesus, dengan hidup dalam pengucapan syukur (merayakan hidup). Mampu menceritakan perbuatan Allah yang besar itu dimulai dari hal-hal sederhana dalam kehidupan kita sehari-hari. Marilah kita sejenak mengingat karya kasih Allah. Apakah Saudara sudah bersyukur hari ini saat Saudara ternyata masih bisa bangun dari tidur? Apakah Saudara sudah bersyukur pada Tuhan atas apa yang Saudara miliki saat ini? Apakah Saudara sudah bersyukur meski tubuh saat ini terbaring karena sakit (bisa merasakan sakit sebagaimana bisa merasakan sehat)? Apakah Saudara bisa mengajak orang lain tersenyum di saat mengalami bencana banjir bersama dan sanggup berkata bahwa ini masih banjir air? Apakah Saudara sudah memandang wajah-wajah orang di sekitar kita saat ini dan mengajak mereka merayakan hidup dengan tersenyum? Tuhan menantikan aksi-aksi nyata kita dalam merayakan hidup. (US)