Sinode GKI

phone iconTel. +62 21 4585 0904, Fax. +62 21 4585 2899
divider

Konfesi GKI 2014

separator

I. Pengantar

Sebagai kelanjutan dan wujud kesatuan dari Gereja Kristen Indonesia Jawa Timur, Gereja Kristen Indonesia Jawa Barat, dan Gereja Kristen Indonesia Jawa Tengah, maka Gereja Kristen Indonesia (GKI) hadir di tengah-tengah dunia dalam konteks Indonesia. GKI, dalam persekutuan kasih yang akrab dan karya keselamatan Allah Bapa, Anak, dan Roh Kudus, hidup dan berkarya di tengah kekayaan dan kepelbagaian warisan sejarah, budaya, dan lingkungan alam, baik di dalam tubuhnya sendiri, maupun di tengah masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, sejak pengikraran satu GKI pada 26 Agustus 1988, GKI ingin memiliki sebuah konfesi GKI sebagai penegasan iman yang kontekstual dan formal di hadapan Allah dan dunia, secara khusus di Indonesia.
Konfesi GKI merupakan sebuah ekspresi dari pengakuan iman yang diakui dan dihayati oleh GKI. Dalam praktiknya GKI mengakui Pengakuan Iman Rasuli, Pengakuan Iman Nicea Konstantinopel, dan Pengakuan Iman Athanasius. Ketiga Pengakuan Iman tersebut merupakan pengakuan iman yang bersumber dari Alkitab dan diterima, serta dimiliki oleh gereja secara ekumenis. Jadi, di satu sisi, dengan mengakui ketiga pengakuan iman tersebut, GKI mau mengikatkan diri pada persekutuan ekumenis dalam gereja yang universal. Di sisi lain, dengan merumuskan konfesinya, GKI mau mengikatkan diri pada persekutuan kasih, baik dalam tubuh GKI maupun dalam konteks hidup GKI di tengah kekayaan dan kepelbagaian lingkungan alam, budaya, dan agama di Indonesia.
Berakar pada ibadat yang melingkupi seluruh dimensi kehidupan kepada Allah Bapa, Anak, dan Roh Kudus, dan berangkat dari kekayaan dan kepelbagaian yang ada di dalam tubuh GKI dan di tengah konteks hidup GKI, maka GKI merumuskan konfesinya dalam terang firman Allah. GKI pada gilirannya memilih tema “Berperanserta ke dalam persekutuan kasih dan karya keselamatan Allah Bapa, Anak, dan Roh Kudus” sebagai fokus utama yang menuntun konfesinya. Dalam hal ini, GKI pun menyadari bahwa Konfesi GKI mengungkapkan secara terbatas pernyataan-pernyataan iman gereja karena pada kenyataannya masih banyak pernyataan iman gereja lainnya yang tidak tercakup dalam Konfesi GKI. Pada saat bersamaan Konfesi GKI menegaskan pernyataan-pernyataan iman gereja yang mendasar dan kontekstual. Dengan demikian, Konfesi GKI memberi ruang bagi orang percaya untuk melakukan proses berteologi lebih lanjut demi kemuliaan Allah Bapa, Anak, dan Roh Kudus.

II. Konfesi GKI

1. Dalam persekutuan kasih yang akrab serta anugerah penciptaan, pemeliharaan, penyelamatan, dan pembaruan oleh Allah Bapa, Anak, dan Roh Kudus, kami sebagai Gereja Kristen Indonesia hidup dan berkarya di tengah kekayaan dan kepelbagaian warisan sejarah, budaya, dan lingkungan alam Indonesia.

2. Kami percaya kepada Allah, yang dipanggil Bapa oleh Yesus Kristus,
3. yang di dalam kasih dan kuasa-Nya menciptakan semesta alam,
4. yang memelihara dan mengelola dengan baik lingkungan alam, seperti pemilik taman,
5. yang merawat dan menjaga anak-anak-Nya, seperti ibu atau bapa,
6. yang mengundang dan memanggil kami untuk berperanserta dalam pekerjaan-pekerjaan-Nya yang baik.

7. Kami percaya kepada Yesus Kristus,
8. Anak Allah yang dikandung oleh Roh Kudus dan dilahirkan dari rahim perawan Maria,
9. yang diutus untuk menegakkan Kerajaan Allah bagi seluruh ciptaan,
10. yang mengampuni orang berdosa serta memanggilnya bertobat, mengasihi semua orang tanpa diskriminasi, menegakkan keadilan dan perdamaian tanpa kekerasan, memberkati setiap pribadi, keluarga, dan anak-anak, memberdayakan orang miskin, memulihkan orang sakit, membebaskan orang tertindas, menjadi sahabat bagi orang yang diasingkan,
11. yang menyelamatkan dunia dengan menempuh jalan penderitaan hingga mati di kayu salib dan pada hari yang ketiga dibangkitkan dari kematian, agar kami bebas dari kuasa dosa dan maut, menyatakan kasih yang melenyapkan ketakutan dan melampaui kejahatan, serta beroleh kebangkitan dan hidup yang abadi,
12. yang naik ke surga, agar kami memberitakan Injil-Nya kepada segala makhluk,
13. yang akan datang kembali untuk menghakimi dan membarui segala sesuatu, agar kami mampu merayakan kehidupan dan menyambut kematian di dunia ini dalam iman, pengharapan dan kasih.

14. Kami percaya kepada Roh Kudus,
15. Sumber kehidupan yang menolong kami untuk mengaku percaya bahwa Yesus adalah Tuhan dan untuk menghidupi firman Allah,
16. Sumber karunia yang menghimpun kami sebagai satu Gereja yang kudus, am, dan rasuli,
17. Sumber kekuatan yang melibatkan kami dalam misi Kerajaan Allah.

18. Kemuliaan bagi Allah Bapa, Anak, dan Roh Kudus, yang tidak pernah memisahkan kami dari kasih-Nya sekarang dan selama-lamanya. Amin.

 

III. Penjelasan Konfesi GKI

1. Dalam persekutuan kasih yang akrab serta anugerah penciptaan, pemeliharaan, penyelamatan, dan pembaruan oleh Allah Bapa, Anak, dan Roh Kudus, kami sebagai Gereja Kristen Indonesia menghidupi kekayaan dan kepelbagaian warisan sejarah, budaya, dan lingkungan alam Indonesia.
a. Yang disebut Gereja Kristen Indonesia (GKI) adalah satu gereja di Indonesia yang merupakan kelanjutan dan wujud kesatuan dari tiga gereja hasil pekabaran Injil di Jawa Timur, Jawa Barat, dan Jawa Tengah, oleh tenaga-tenaga dalam dan luar negeri. Tiga gereja itu adalah: Gereja Kristen Indonesia Jawa Timur yang didirikan pada 22 Februari 1934; Gereja Kristen Indonesia Jawa Barat yang didirikan pada 24 Maret 1940; dan Gereja Kristen Indonesia Jawa Tengah yang didirikan pada 8 Agustus 1945. Ketiga gereja tersebut sejak 27 Maret 1962 telah berupaya menggalang kebersamaan untuk mewujudkan penyatuan Gereja Kristen Indonesia dalam Sinode Am Gereja Kristen Indonesia. Pada 26 Agustus 1988 ketiga gereja itu menjadi satu gereja yang diberi nama Gereja Kristen Indonesia (GKI).
b. GKI menyadari bahwa keberadaannya di dunia dalam konteks Indonesia tidak lepas dari Allah Bapa, Anak, dan Roh Kudus dalam persekutuan kasih-Nya yang akrab dan dalam anugerah penciptaan-Nya, pemeliharaan-Nya, penyelamatan-Nya, dan pembaruan-Nya.
c. Allah Bapa, Anak, dan Roh Kudus adalah satu hakikat di dalam tiga Pribadi, yang berbeda-beda satu dengan yang lain, dan yang bersekutu di dalam kekekalan melalui relasi kasih yang akrab.
d. Persekutuan kasih ilahi yang akrab tersebut terarah secara melimpah dan tanpa syarat kepada seluruh ciptaan melalui anugerah penciptaan, pemeliharaan, penyelamatan, dan pembaruan.
e. Karya ilahi penciptaan, pemeliharan, penyelamatan, dan pembaruan itu merupakan anugerah karena dengan dan dalam karya ilahi itu, Allah Bapa, Anak, dan Roh Kudus mengikutsertakan seluruh ciptaan ke dalam persekutuan kasih-Nya yang akrab.
f. Karya ilahi tersebut merupakan satu kesatuan tak terpisahkan. Itu berarti, baik penciptaan, pemeliharaan, penyelamatan, maupun pembaruan, masing-masing merupakan karya dari ketiga Pribadi ilahi secara bersama-sama.
g. Kekayaan dan kepelbagaian yang ada di tubuh GKI, antara lain menyangkut warisan sejarah yang berbeda-beda dan lingkungan yang khas, merupakan karunia Allah untuk menghadirkan persekutuan kasih yang akrab di tengah masyarakat Indonesia. Demikian juga kekayaan dan kepelbagaian yang ada di Indonesia, berkaitan dengan baik suku-suku bangsa, budaya-budaya, agama-agama, maupun lingkungan-lingkungan alam, semua itu merupakan karunia Allah untuk mewujudkan persekutuan kasih yang akrab di dunia demi kemuliaan Allah Bapa, Anak, dan Roh Kudus.
h. Dalam menghadirkan persekutuan kasih yang akrab, GKI bersikap terbuka kepada yang lain (the others) dan tidak menekankan keseragaman yang pada gilirannya mematikan kreativitas dan kekayaan dari realitas kepelbagaian.

Referensi Alkitab: Kej. 1-2; 50:20; Kel. 18:11; 2Sam. 22; Mzm. 68:20-21; 104:30; Yes. 43:12; 58:11; 65:17-25; Zef. 3:17; Mat. 5:45-48; 6:25-33; Luk. 2:10-12; Yoh. 4:42; 17; Kis. 5:31; 1Ptr. 1:3-5; 1Yoh. 5:6-12; Why. 21:1-22:5

2. Kami percaya kepada Allah, yang dipanggil Bapa oleh Yesus Kristus
a. Keempat kitab Injil, yakni Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes, berulang kali menuliskan kisah Yesus yang menyapa Allah sebagai “Bapa”.
b. Sapaan “Bapa” oleh Yesus Kristus dan status Yesus sebagai “Anak Allah” menjadi dasar bagi relasi manusia dengan Allah. Itu berarti, relasi kasih yang akrab antara manusia dan Allah dipahami sebagai partisipasi manusia ke dalam relasi kasih yang akrab antara Bapa dan Anak.
c. Partisipasi manusia ke dalam relasi kasih Bapa dan Anak tersebut berpusat pada rahmat ilahi oleh Roh Kudus.

Referensi Alkitab: Mzm. 71:5-6; 91:1-2; Ams. 3:5-8; Mat. 6:9-14, 25-34; 11:25-27; Mrk. 14:36; Luk. 11:1-13; Rm. 8:14-17; Gal. 4:6-7

3. yang di dalam kasih dan kuasa-Nya menciptakan semesta alam
a. Kasih dan kuasa Allah menentukan berlangsungnya karya penciptaan semesta alam.
b. Di dalam kasih dan kuasa Allah, seluruh ciptaan berada; seluruh makhluk hidup dan bergerak.

Referensi Alkitab: Kej. 1-2; Ayb. 37-41; Mzm. 8; 19; 65; 77; 78; 90; 104; 105; 139; 148; Kis. 17:28; Why. 4:11; 10:6
4. yang memelihara dan mengelola dengan baik lingkungan alam, seperti pemilik taman
a. Sebagaimana kata ‘merawat dan menjaga’, kata ‘memelihara dan mengelola dengan baik’ menunjuk pada pekerjaan-pekerjaan baik yang Allah lakukan untuk keberlanjutan hidup seluruh ciptaan.
b. Beberapa penulis Alkitab menggambarkan Allah dengan metafora ‘pemilik taman’. Metafora itu mengungkapkan kerahiman ilahi yang penuh kasih dan tanggung jawab bagi seluruh ciptaan.

Referensi Alkitab: Kej. 2:8-25; 3:8; 13:10; Bil. 24:6; Yes. 51:3; 58:11; Yer. 31:12; Yeh. 28:13; 31; 34:29; 36:35-36; Why. 2:7

 

5. yang merawat dan menjaga anak-anak-Nya, seperti ibu atau bapa
a. Kata ‘merawat dan menjaga’ menunjuk pada pekerjaan-pekerjaan baik yang Allah lakukan untuk keberlanjutan hidup segala makhluk yang dikasihi-Nya.
b. Dalam memaparkan pekerjaan-pekerjaan Allah yang baik itu, beberapa penulis Alkitab sering memakai metafora “ibu” atau “bapa”. Dengan memakai metafora “ibu” atau “bapa” mereka mau menegaskan kerahiman ilahi yang diwujudkan melalui kehadiran Allah di dalam seluruh ciptaan dengan penuh kesetiaan untuk terus menjamin kehidupan segala makhluk yang dikasihi-Nya.

Referensi Alkitab: Ul. 32:9-14; Neh. 9:16-25; Mzm. 23; 27:10; 36:6-10; 91:3-13; 103:8-14; Yes. 42:14-16; 46:3-4; 49:14-16; 66:13; Yer. 31:18-20; Rat. 3:22-23; Hos. 11:1-4; Luk. 13:34-35; 15:20; 1Kor. 1:9; 1Tes. 5:23-24; 2Tes. 2:16-17; 1Yoh. 3:1

6. yang mengundang dan memanggil kami untuk berperanserta dalam pekerjaan-pekerjaan-Nya yang baik
a. Hakikat Allah, yaitu kasih, dinyatakan dalam pekerjaan-pekerjaan-Nya yang baik. Pekerjaan-pekerjaan Allah yang baik itu tidak lain merupakan misi Allah Bapa, Anak, dan Roh Kudus, yang mencipta, memelihara, menyelamatkan, dan membarui seluruh ciptaan.
b. Dalam mengerjakan misi-Nya Allah mengundang dan memanggil manusia untuk berperanserta di dalam pekerjaan-pekerjaan-Nya yang baik.

Referensi Alkitab: Mat. 10:5-8; 22:1-10; Luk. 14:15-24; Yoh. 4:35-38; 10:37-38; Ef. 2:10; Kol. 1:9-10; Tit. 3:1-11; Ibr. 10:24; 1Ptr. 2:20-21

7. Kami percaya kepada Yesus Kristus
a. Yesus Kristus yang dimaksud adalah Yesus sebagaimana dipersaksikan oleh Alkitab.
b. Gereja mengenal Allah Bapa hanya melalui Sang Anak, yaitu Yesus Kristus, karena Dia adalah gambar dari Allah yang tidak kelihatan.
c. Percaya kepada Yesus Kristus tetap memberi ruang penghargaan kepada yang lain (the others).

Referensi Alkitab: Mrk. 8:27-30; Yoh. 5:19-47; 6:25-40; Flp. 2:5-11; Kol. 1:15-20

8. Anak Allah yang dikandung oleh Roh Kudus dan dilahirkan dari rahim perawan Maria
a. Yesus disebut sebagai ‘Anak Allah’ karena Dia hidup dalam persekutuan kasih yang akrab dengan Allah dan Roh Kudus.
b. Gereja mengimani Yesus Kristus sebagai Anak Allah karena Yesus datang ke dunia dari Allah demi keselamatan dunia.
c. Konsepsi Yesus oleh Roh Kudus menegaskan keilahian Yesus.
d. Kelahiran Yesus dari rahim Maria merupakan peristiwa rahmat dari Allah Yang Tak Terbatas untuk manusia yang terbatas. Peristiwa ini menegaskan kehadiran Allah dalam rupa sepenuhnya manusia, yaitu Yesus.
e. Keperawanan Maria dipahami lebih dari sekadar pengertian fisik, yaitu sebagai manifestasi tindakan seorang pribadi yang membuka diri secara khusus bagi peristiwa rahmat Allah dan melakukan rencana Allah.

Referensi Alkitab: Mat. 1:18-25; Luk. 1:26-38; 2:1-7; Yoh. 1:29-34; 3:16-18; Gal. 4:4-6; Ibr. 2:14-18; 5:7-10; 1Yoh. 1:1-3

9. yang diutus untuk menegakkan Kerajaan Allah bagi seluruh ciptaan
a. Kerajaan Allah bukanlah tempat atau struktur kelembagaan tertentu, melainkan sebuah proses dinamis yang menghadirkan persekutuan kasih yang akrab dari Allah Bapa, Anak, dan Roh Kudus.
b. Dengan Kerajaan Allah, seluruh ciptaan dibarui ke dalam pemenuhannya.
c. Gereja dipanggil dan diutus untuk mewujudkan tujuan Kerajaan Allah tersebut.

Referensi Alkitab: Mat. 4:17, 23; 6:10, 33; 9:35; 12:28; Mrk. 1:15; 4:26-34; Luk. 4:43; 8:1; 9:2; 11:20; 17:20-21; 21:31; Kis. 1:3

10. yang mengampuni orang berdosa serta memanggilnya bertobat, mengasihi semua orang tanpa diskriminasi, menegakkan keadilan dan perdamaian tanpa kekerasan, memberkati setiap pribadi, keluarga, dan anak-anak, memberdayakan orang miskin, memulihkan orang sakit, membebaskan orang tertindas, menjadi sahabat bagi orang yang diasingkan

(1) Mengampuni orang berdosa serta memanggilnya bertobat
a. Kitab-kitab Injil menunjukkan bahwa Yesus mengampuni orang berdosa dan memanggil orang tersebut bertobat.
b. Dosa merupakan rusaknya relasi Allah dengan seluruh ciptaan secara multidimensional. Kerusakan relasi ‘secara multidimensional’ itu mencakup: kerusakan relasi pada aras personal, yaitu antara pribadi dengan Allah; kerusakan relasi pada aras sosial, yaitu antara pribadi yang satu dengan pribadi yang lain; dan kerusakan pada aras aras struktural, yaitu struktur kelembagaan duniawi.
c. Pertobatan adalah langkah kembali ke dalam relasi kasih yang akrab dengan Allah Bapa, Anak, dan Roh Kudus.

Referensi Alkitab: Mat. 9:1-8; 18:1-5; Mrk. 1:15; 2:1-12; Luk. 7:36-50; Yoh. 8:2-11; Kol. 3:13; 1Yoh. 1:9; 2:12

(2) Mengasihi semua orang tanpa diskriminasi
a. Kitab-kitab Injil menyatakan bahwa Yesus mengasihi semua orang tanpa diskriminasi.
b. Diskriminasi terhadap orang lain, baik secara personal mau pun komunal, merupakan perlakuan tidak adil yang disebabkan oleh prasangka negatif terhadap seseorang atau sekelompok orang, berdasarkan perbedaan-perbedaan antara lain umur, jenis kelamin, suku, agama, difabel, tingkat pendidikan, kondisi ekonomi, dan status sosial.
c. Mengasihi tanpa diskriminasi bukan berarti kompromi dengan kejahatan.

Referensi Alkitab: Mat. 5:38-48; 9:9-13; 22:35; Mrk. 12:31; Luk. 6:27-36; Yoh. 13:34-35; 15:17; Rm. 13:9; Yak. 2:8; 1Ptr. 2:17; 4:8; 1Yoh. 2:7-17; 3:11-18

(3) Menegakkan keadilan dan perdamaian tanpa kekerasan
a. Kitab-kitab Injil memaparkan bahwa Yesus menegakkan keadilan dan perdamaian tanpa kekerasan bagi semua orang.
b. Penegakan keadilan dan perdamaian merupakan upaya-upaya multi-dimensi yang dilakukan untuk mewujudkan kesetaraan, kerukunan, dan kesejahteraan bagi seluruh umat manusia.
c. Penegakan keadilan dan perdamaian dilakukan tanpa cara-cara yang menggunakan kekerasan, melainkan dengan cara-cara yang emansipatif dan kreatif.

Referensi Alkitab: Ul. 1:17; Mat. 5:3-12; 1Ptr. 3:8-12
(4) Memberkati setiap pribadi, keluarga, dan anak-anak
a. Kitab-kitab Injil mengisahkan bahwa Yesus memberkati pribadi-pribadi, keluarga, dan anak-anak.
b. Berkat dipahami lebih dari sekadar objek materi atau pengalaman personal, yaitu sebagai penegasan atas kerahiman Allah, yaitu belarasa dan rahmat ilahi, bagi setiap pribadi dalam kehidupan di dunia.
c. Setiap pribadi adalah setiap orang dengan keunikan dan pilihannya masing-masing.
d. Keluarga merupakan wadah dimana setiap pribadi berakar, bertumbuh, dan berkembang secara bersama-sama dan mengenal makna relasi dengan orang lain dan lingkungan alamnya.
e. Dengan memberkati anak-anak, Yesus memperlihatkan bahwa anak-anak adalah manusia yang utuh.

Referensi Alkitab: Mrk. 10:13-16; Yoh. 2:1-10; Ibr. 6:14

(5) Memberdayakan orang miskin
a. Kitab-kitab Injil mengisahkan bahwa Yesus bukan saja dekat dengan orang-orang miskin, tetapi juga memberdayakan mereka.
b. Kemiskinan yang dimaksud adalah kemiskinan yang holistik, yaitu kondisi tidak dapat memperoleh akses untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan, pendidikan dasar, kesehatan, kontrol terhadap lingkungan, dan kesetaraan.
c. Pemberdayaan merupakan tindakan menjamin pengakuan terhadap harkat dan martabat seseorang.

Referensi Alkitab: Mat. 9:35-36; 11:5; 19:21; Mrk. 10:17-21; Luk. 4:18

(6) Memulihkan orang sakit
a. Kitab-kitab Injil memaparkan banyak kisah tentang Yesus yang memulihkan orang-orang sakit.
b. Yang dimaksudkan dengan orang sakit adalah orang yang menderita akibat penyakit dalam pengertian yang luas.
c. Pemulihan merupakan tindakan memberikan dukungan, penguatan, dan penghiburan, sampai seseorang mencapai keutuhan dirinya.

Referensi Alkitab: Mat. 8:1-17, 28-34; 9:1-8, 18-34, 12:9-15; dst.

(7) Membebaskan orang tertindas
a. Kitab-kitab Injil menegaskan bahwa Yesus membebaskan orang-orang tertindas.
b. Yang dimaksud orang tertindas adalah orang yang tidak memperoleh kebebasan untuk hidup dan untuk menentukan pilihan hidupnya.
c. Pembebasan merupakan tindakan yang menjamin pengakuan hak untuk hidup dan untuk menentukan pilihan hidup seseorang.

Referensi Alkitab: Luk. 4:19; Yoh. 8:2-11

(8) Menjadi sahabat bagi orang yang diasingkan
a. Kitab-kitab Injil menyatakan bahwa Yesus adalah sahabat bagi orang-orang yang diasingkan oleh masyarakat dan penguasa.
b. Yang dimaksud orang yang diasingkan adalah orang yang terampas hak hidup sosialnya.
c. Menjadi sahabat berarti bertindak hadir dalam keprihatinan dan sikap belarasa.

Referensi Alkitab: Mat. 9:9-13; Luk. 19:1-10; Yoh. 4:1-42; Kis. 11:3

11. yang menyelamatkan dunia dengan menempuh jalan penderitaan hingga mati di kayu salib dan pada hari yang ketiga dibangkitkan dari kematian, agar kami bebas dari kuasa dosa dan maut, menyatakan kasih yang melenyapkan ketakutan dan melampaui kejahatan, serta beroleh kebangkitan dan hidup yang abadi

(1) yang menyelamatkan dunia dengan menempuh jalan penderitaan hingga mati di kayu salib dan pada hari yang ketiga dibangkitkan dari kematian
a. Penyelamatan dunia merupakan karya ilahi yang dikerjakan Yesus dalam persekutuan kasih-Nya yang akrab dengan Allah Bapa dan Roh Kudus.
b. Dalam mengerjakan karya penyelamatan dunia, Yesus taat kepada kehendak Bapa-Nya. Untuk itu, dengan penuh kerelaan, Yesus menempuh jalan penderitaan hingga pada kematian-Nya di kayu salib di Bukit Golgota.
c. Penderitaan Yesus terjadi sebagai akibat penghinaan oleh banyak orang dan penyiksaan secara fisik oleh para prajurit Romawi atas perintah penguasa.
d. Kayu salib di mana Yesus menyerahkan nyawa-Nya sebenarnya merupakan tempat orang menjalani hukuman yang mengerikan, namun telah ditransformasikan Yesus sebagai tanda kemenangan orang benar.
e. Kemenangan Yesus tersebut dinyatakan Allah dengan peristiwa kebangkitan Yesus pada hari ketiga dari antara orang mati. Karya ilahi yang membangkitkan Kristus itu menegaskan kekuatan kasih Allah yang mengalahkan kuasa dosa dan maut.
f. Bagi seluruh makhluk, kebangkitan Yesus merupakan peristiwa yang menyatakan persekutuan kasih yang akrab dari Allah Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Dengan demikian, seluruh makhluk yang berperanserta ke dalam persekutuan kasih-Nya yang akrab turut mengalami keselamatan.

Referensi Alkitab: Mat. 16:21; 26:6-28:20; Mrk. 8:31; 9:31; 10:33-34, 45; 14-16; Luk 9:22-24; Yoh. 6:51; 10:11-18; 18-21

(2) agar kami bebas dari kuasa dosa dan maut, menyatakan kasih yang melenyapkan ketakutan dan melampaui kejahatan, serta beroleh kebangkitan dan hidup yang abadi
a. Secara utuh dan menyeluruh, penderitaan, kematian, dan kebangkitan Yesus membawa pembebasan bagi setiap orang percaya dan dunia dari kuasa dosa dan maut.
b. Dengan karya keselamatan Yesus, setiap orang percaya yang hidup di dunia diberdayakan untuk menyatakan kasih yang melenyapkan ketakutan dan melampaui kejahatan. Ketakutan merupakan realitas negatif dalam pikiran yang secara nyata melumpuhkan semua potensi yang dimiliki oleh seseorang; sedangkan kejahatan adalah daya yang bersifat melawan dan merusak karya Allah dan kehidupan.
c. Dengan karya keselamatan Yesus, setiap orang percaya memperoleh kebangkitan dan kehidupan yang abadi. Kebangkitan merupakan tanda kemenangan kehidupan atas kematian; sedangkan kehidupan yang abadi adalah tanda keberlanjutan terus-menerus persekutuan kasih yang akrab dengan Allah Bapa, Anak, dan Roh Kudus.

Referensi Alkitab: Yoh. 5:24-29; 6:40, 54; 11:25-27; Rm. 5:12-21; 6:1-14; 8:11; 1Kor. 15; Gal. 4:1-9; Ef. 5:1-21; Kol. 2:11-15; 1Ptr. 1:3-12; 1Yoh. 4:18

12. yang naik ke surga, agar kami memberitakan Injil-Nya kepada segala makhluk

a. Setelah bangkit dari antara orang mati dan menampakkan diri kepada murid-murid-Nya, Yesus naik ke surga untuk menyatakan bahwa Dia berasal dari surga dan bukan dari dunia, serta satu dengan Allah dalam kemuliaan sebagai Anak Allah.
b. Kristus yang telah dimuliakan adalah Kristus yang duduk di sebelah kanan Allah, yang menegakkan Kerajaan Allah di dunia.
c. Oleh karena itu, tanggapan setiap orang percaya adalah menjadi pemberita dan pelaku Injil Kristus dalam seluruh dimensi kehidupannya.

Referensi Alkitab: Mat. 28:16-20; Mrk. 16:14-20; Luk. 24:50-53; Kis. 1:6-11

13. yang akan datang kembali untuk menghakimi dan membarui segala sesuatu, agar kami mampu merayakan kehidupan dan menyambut kematian di dunia ini dalam iman, pengharapan dan kasih

a. Yesus Kristus akan datang kembali untuk mewujudkan kepenuhan realitas langit dan bumi yang baru dimana “kemah Allah ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan diam bersama-sama mereka”, dan “tidak ada perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita”.
b. Penghakiman dan pembaruan atas segala sesuatu “yang hidup dan yang mati” oleh Kristus merupakan karya ilahi yang berlangsung dalam kasih dan kuasa-Nya demi pemenuhan rencana Allah, yakni karya keselamatan-Nya.
c. Kedatangan Kristus kembali mengingatkan setiap orang percaya untuk merayakan kehidupan dan menyambut kematian di dunia ini dalam iman, pengharapan, dan kasih. Dengan demikian, setiap orang percaya mampu memaknai dirinya kini dan di sini, sehingga ia menjadi berkat bagi dunia dan meneruskan keselamatan Allah dalam seluruh dimensi kehidupannya.

Referensi Alkitab: Mat. 24-25; Yoh. 14:2-3; Kis. 1:11; Rm. 14:8; 2Tes. 2:8; Why. 21-22

14. Kami percaya kepada Roh Kudus
a. Roh Kudus adalah Pribadi Allah yang bersama dengan Allah Bapa dan Anak menjalin satu persekutuan kasih yang akrab.
b. Roh Kudus menjadikan kita sebagai anak Allah yang memanggil Allah, “Ya Abba, ya Bapa!”

Referensi Alkitab: Kej. 1:1-2; Yoh. 14:16-17; 16:4b-15; Kis. 2:1-13

15. Sumber kehidupan yang menolong kami untuk mengaku percaya bahwa Yesus adalah Tuhan dan untuk menghidupi firman Allah
a. Roh Kudus adalah Sumber kehidupan yang tidak lain adalah pemberian diri Allah yang penuh kasih bagi seluruh ciptaan.
b. Roh Kudus meneguhkan hasrat beriman manusia, menerangi hati dan budi manusia, serta menumbuhkan iman manusia.
c. Roh Kudus membuat seseorang beriman dan tetap tinggal dalam imannya.
d. Roh Kudus membawa kita kepada pengenalan dan pengakuan percaya kepada Yesus sebagai Tuhan.
e. Roh Kudus mengajarkan dan mengingatkan orang kepada Firman Allah yang hidup, yakni Yesus Kristus.
f. Roh Kudus menerangi, menuntun, dan memberdayakan orang dalam melakukan firman Allah.

Referensi Alkitab: Ayb. 34:14-15; Mzm. 104:29-30; Yeh. 37:1-14; Yoh. 14:25-26; Rm. 8:12-16; 1Kor. 12:3; Gal. 4:4-6; 2Tim. 3:14-17; 1Ptr. 1:10-12; 2Ptr. 1:20-21

16. Sumber karunia yang menghimpun kami sebagai satu Gereja yang kudus, am, dan rasuli
a. Karunia adalah pemberian khusus oleh Roh Kudus bagi setiap orang percaya tanpa kecuali, yang beraneka ragam namun berkedudukan setara, yang memberikan kepadanya otoritas untuk melaksanakan kegiatan pelayanannya dalam gereja dan dalam masyarakat.
b. Gereja itu esa karena Allah adalah esa. Meskipun terjadi perpecahan-perpecahan di dalam dan di antara gereja, semua gereja percaya bahwa mereka dipersatukan Roh dalam berbagai aspek kehidupan mereka dan hidup dengan dasar Injil yang sama, serta menuju kepada keesaan yang hakiki.
c. Gereja itu kudus karena Allah adalah kudus. Kekudusan hakiki gereja dipersaksikan oleh orang-orang percaya sepanjang sejarah melalui kata dan perbuatan mereka dalam nama Allah yang kudus. Namun, dosa yang bertentangan dengan hakikat dan panggilan gereja telah merusak kehidupan orang-orang percaya. Oleh karena itu, gereja harus merawat dan mempertahankan integritasnya serta terus-menerus memanggil semua orang kepada pertobatan dan pembaruan.
d. Gereja bersifat am karena Allah dalam anugerah-Nya yang melimpah-ruah menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran. Dengan kuasa Allah yang memberikan kehidupan itu, pemberitaan Injil dilakukan oleh gereja kepada semua orang dan melampaui segala batas yang ada. Ke-am-an gereja yang hakiki diciderai ketika perbedaan-perbedaan budaya (dan lain-lain) membawa gereja pada perpecahan. Oleh karena itu, dengan kuasa Roh Kudus, orang-orang percaya dipanggil untuk menghapuskan semua penghalang bagi kepenuhan kehidupan yang dikaruniakan kepada gereja.
e. Gereja itu rasuli karena Bapa mengutus Anak untuk membentuknya. Sang Anak pada gilirannya mengutus murid-murid-Nya, yang diperlengkapi dengan karunia-karunia Roh Kudus untuk meneruskan pekerjaan-pekerjaan Allah yang baik itu. Gereja dipanggil untuk setia kepada sumber-sumber otentik tersebut bagi kehidupan dan pelayanannya sehingga ia dapat terus-menerus melanjutkan tugas-tugas pengutusan rasulinya di segala tempat dan abad.

Referensi Alkitab: Kis. 2:1-13; 1Kor. 3:16-17; 6:19; 12:7-11; Ef. 2:18-22; 4:3-16; 1Yoh. 4:13, 16

17. Sumber kekuatan yang melibatkan kami dalam misi Kerajaan Allah
a. Roh Kudus memberdayakan orang percaya untuk berperanserta secara aktif dan kreatif dalam mengerjakan misi Kerajaan Allah di dunia.
b. Gereja hadir di dunia untuk mengerjakan misi Kerajaan Allah. Gereja adalah rekan sekerja Allah dalam meneruskan pekerjaan-pekerjaan-Nya yang baik bagi seluruh ciptaan.
c. Dalam menjalankan misi Kerajaan Allah di dunia, dengan tuntunan Roh Kudus, gereja meneladan pada Yesus Kristus.

Referensi Alkitab: Bil. 11:25; Hak. 3:10; 6:34; Yes. 61:1-3; Za. 4:6; Mrk. 13:11; 16:15; Kis. 1:8; 5:32

18. Kemuliaan bagi Allah Bapa, Anak, dan Roh Kudus, yang tidak pernah memisahkan kami dari kasih-Nya, sekarang dan selama-lamanya. Amin.
a. Pujian kemuliaan bagi Allah bersifat satu dan utuh, yaitu bagi Allah Bapa, Anak, dan Roh Kudus.
b. Pujian kemuliaan itu menyatakan rasa syukur setiap orang percaya atas berlimpah-ruahnya dan kuatnya kasih Allah Bapa, Anak, dan Roh Kudus bagi seluruh ciptaan-Nya.
c. Pujian kemuliaan itu juga mengungkapkan rasa hormat setiap orang percaya yang dinyatakan dengan dan dalam sikap penyembahan kepada Allah Bapa, Anak, dan Roh Kudus, yang kekayaan-Nya, hikmat-Nya, dan pengetahuan-Nya sungguh dalam, dan yang “tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan tak terselami jalan-jalan-Nya.”

Referensi Alkitab: Luk. 2:14; Rm. 8:38-39; 11:33-36; 16:25-27; Gal. 1:5; Ef. 3:20-21; 1Tim. 1:17; 2Ptr. 3:18; Why. 7:12