Palestina: Bagaimana Respon Orang Percaya?

0
379

Oleh: Pdt. Darwin Darmawan

Pdt. Darwin Darmawan

Pengantar
Kekerasan dan pembunuhan yang terjadi di Palestina mengundang polemik dan dilema. Mengundang polemik, sebab banyak orang yang menganggap kekerasan dan peperangan tersebut terjadi antara orang Yahudi (yang didukung orang Kristen, dengan motor Amerika) dengan orang Arab Islam. Karena dianggap isu agama, pembicaraan tentang kekerasan di Palestina sulit berlangsung dalam suasana diskusi yang jernih dan obyektif. Isu tentang kekerasan di Palestina juga sangat dilematis untuk orang percaya. Alasannya, sebagian (besar?) orang Kristen menganggap Israel modern yang melakukan agresi dan pendudukan di wilayah Palestina adalah umat Allah yang sama di dalam Perjanjian Lama, yang dari padanya orang percaya mendapat warisan rohani. Mereka yang beranggapan demikian berpendapat kurang lebih seperti ini:Sebagai umat yang diberkati Allah, Israel tidak bisa salah, betapa pun mereka melakukan tindakan agresi dan pendudukan yang melanggar hak asasi manusia”.

Pada sisi lain, kita punya nurani dan spiritualitas Kristiani yang mengajarkan kita: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu (Mat 5:44). Bagaimana penilaian spiritual orang percaya terhadap umat Israel yang melakukan agresi dan kekerasan terhadap orang Palestina? Ini sebuah dilema yang tidak mudah dijawab.

Tulisan ini adalah pemicu diskusi supaya kita melihat persoalan Palestina secara jernih. Pembicaraan ini pada gilirannya menolong kita melakukan evaluasi spiritual sehingga sikap kita terhadap kekerasan di Palestina bertanggung jawab. Di bagian pertama, kita akan melihat fakta bahwa kekerasan dan pembunuhan yang terjadi di Palestina bersifat kompleks, sehingga tidak bisa direduksi menjadi perang agama antara Yudaisme dan Islam. Penelusuran terhadap sejarah kekerasan di sana memperlihatkan adanya persoalan politik, geografi, demografi, psikologi agama. Selanjutnya, saya akan mendiskusikan bahwa Israel modern yang melakukan pendudukan, kekerasan dan pembunuhan tidak bisa disebut sebagai umat Allah seperti yang ada di dalam alkitab. Alasannya, mereka gagal melakukan imperatif moral sebagai umat pilihan Allah.

Palestina, apa yang terjadi di sana
Dalam buku Palestina milik siapa?, Gary M. Burge memperlihatkan fakta yang sering tidak disadari orang Kristen terkait Palestina. Pertama, secara geografis Israel adalah wilayah yang tidak terlalu luas (lebar 74 km dan panjang 259 km) dan kualitas tanahnya berbeda-beda. Daerah Utara( Galilea) memiliki curah hujan yang tinggi dan subur. Sementara itu, di daerah Selatan (gurun Negeb) curah hujannya rendah. Akibatnya orang yang hidup di sekitar Negeb bergantung dari mata air alami.
Kita menjadi mengerti jika tanah menjadi harta terbesar dalam kehidupan orang Israel. Sudah sejak zaman Alkitab Perjanjian lama, tanah Kanaan merupakan tanah perjanjian yang dirindukan dan diperebutkan oleh orang Israel. Israel, dengan di kelilingi Lebanon, Yordan dan Mesir juga sangat strategis. Itu sebab wilayah ini selalu diperebutkan sejak zaman dahulu, seperti terlihat di bawah.

Bangsa Israel masuk tanah Kanaan melalui kepemimpinan Musa dan Yosua kemudian menaklukkan wilayah ini. Cukup lama bangsa Israel mengalami masa keemasan di bawah pemerintahan Daud dan Salomo. Tetapi di tahun 721 SM/BCE Samaria (Israel Utara) ditaklukkan Asyur dan tahun 721 SM/BCE Israel Selatan dikuasai Babel. Di tahun 586 SM/BCE penduduk yang selamat dibuang ke Babel. sejak tahun 538-332 SM/BCE Israel dikuasai Persia dan menjadi salah satu propinsi Persia. Di zaman Ezra dan Nehemia, Yerusalem dibangun kembali. Setelah kekuasaan Persia, bangs Israel jatuh ke tangan kekuasaan Yunani, yang menaklukkan Timur Tengah di tahun 333 SM/BCE. Setelah itu, mereka berada di bawah penguasa Yahudi selama satu tahun, yang berhasil mengalahkan penguasa Yunani (164-163 SM/BCE). Satu abad sebelum Yesus lahir, Israel dikuasai oleh kekaisaran Romawi(163 SM/BCE-324 M/CE). Pada masa ini, orang Romawi meluluh lantakkan Yerusalem (132-135 M) dan mereka diusir dari Yerusalem. Banyak orangYahudi yang berpindah dan membentuk komunitas Yahudi di Eropa, Afrika Utara, Timur Tengah.
Di abad pertengahan, Israel dikuasai oleh penguasa Romawi Kristen (324-638 M/CE). Pada masa ini, banyak orang Kristen dari berbagai negara datang berziarah ke sini. Pada zaman ini juga dibangun banyak gereja yang indah. Masa ini berganti di tahun 638 M/CE ketika orang-orang Arab di bawah kepemimpinan Kalifah Umar menaklukkan Yerusalem (sampai 1099 M/CE). Mesjid Kubah yang terkenal dibangun pada masa kekuasaan orang Arab Islam. Di tahun 1099-1187 M/CE, tentara salib berhasil merebut Israel/Palestina. Masa ini berlangsung singkat oleh karena perpecahan yang terjadi di tubuh pasukan Salib. Setelah ini, Isreal dikuasai kerajaan Mamluk Mesir (1250-1517), kekuasaan Turki Ottoman (1517-1918 M/CE). Di zaman inilah, kelompok masyarakat Arab bersama dengan sejumlah kecil orang Yahudi tinggal dan berkembang di tempat ini.

RELATED ARTICLE  GKI Tentang Kabut Asap

Di abad ke-19, orang-orang Yahudi Eropa mengalami penganiayaan. Mereka menyelamatkan diri dan menjadikan Palestina sebagai salah satu tujuan mereka. saat itu, mereka menetap di Yerusalem dengan dikelilingi masyarakat Arab yang jumlahnya lebih banyak. Ketika terjadi penganiayaan di Eropa, khususnya Rusia, mereka merindukan sebuah tanah air sendiri. Kerinduan ini dinamakan Zionisme. Visi Zionisme ini semakin mengkristal dalam kongres Zionis yang diselenggarakan Theodor Herzl di Basel (1897).
Pada perang dunia I, Jerman kalah (Turki memihak Jerman). Wilayah yang dikuasai Turki kemudian jatuh ke tangan pemenang perang. Palestina jatuh ke tangan Inggris. Sejak saat itu, semakin banyak orang Israel yang masuk ke Palestina. Mereka yang masuk ke Palestina memiliki keunggulan skill, intelektual dan terorganisasi dengan baik. Akibatnya ada kecemberuan dari orang Arab Palestina karena ketidakseimbangan kekuatan sosial. Di tahun 1929, terjadi kerusuhan di Hebron di mana 60 orang Yahudi terbunuh.
Di tahun 1947, Inggris mengumumkan akan menyerahkan Palestina kepada PBB. PBB kemudian membaginya menjadi dua negara: Arab dan Yahudi. Tetapi pembagian tanah yang diusulkan PBB (44 persen untuk orang Yahudi) tidak mencerminkan ukuran populasi masing-masing. Tanpa menghiraukan kemarahan orang Arab, orang Israel mengibarkan bendera bintang Daud. Lalu presiden S. Truman, mengakui legalits negara Israel.

Tahun 1948 terjadi perang antara tentara Israel dan Arab (Mesir, Suriah, Lebanon, Arab Saudi, Irak). Israel menang perang dan menguasai 77 persen wilayah Palestina (33 persen lebih luas dari usulan PBB). Akibat peperangan ini, ribuan orang Palestina mengungsi. Saat itu, Israel tidak mengijinkan pengungsi untuk kembali ke negeri mereka. Untuk menguasai wilayah Palestina, Israel melakukan segala cara untuk membersihkan etnis Arab di Palestina mulai dari propoganda, aski teror, meracuni sumber air penduduk dengan menyebarkan kuman Typus dan disentri, dan pembunuhan. Tahun 1967 Israel (260.000 tentara, 800 tank, 300 pesawat tempur) mengalahkan negara-negara Arab (540.000 tentara, 2500 tank dan 950 pesawat tempur) dalam perang 6 hari.
Karena kalah dan putus asa, orang-orang Palestina kemudian mulai melakukan aksi intifada. Mereka melakukan protes dan perlawananan dengan melemparkan batu ke arah serdadu Israel. Selama tahun pertama Intifada, 300 orang palestina tewas dan 11.500 orang terluka. Gerakan intifada ini terus berlangsung, yang kemudian melahirkan faksi perjuangan Hamas, yang menempuh perlawanan secara militer ketimbang diplomasi dengan Israel.

RELATED ARTICLE  PERPPU No 2 Tahun 2017: menghancurkan atau merawat demokrasi?

Abdul Aziz Rantisi, salah seorang pendiri gerakan Hamas mengatakan, aksi bom bunuh diri atatu teror lain yang mereka lakukan adalah reaksi atas kekerasan dan pembunuhan yang dilakukan Israel: Penting bagi Anda untuk memahami bahwa kami adalah korban dalam perjuangan ini, bukan yang menyebabkannya. ( Juergensmeyer 2002:98).
Sementara itu, dari sisi orang Israel, mereka merasa berhak melakukan itu semua dan mendapat pembenaran spiritual atas aksinya karena meyakini bahwa tanah palestina adalah tanah perjanjian dari Allah, sebagaimana yang terdapat dalam janji Allah kepada Abraham dalam Kejadian 12:1-3. Ini yang membuat orang Israel bertindak agresif, brutal dan tidak berperikemanusiaan terhadap semua orang Arab di Palestina, termasuk orang Kristen Arab, bahkan kepada orang Israel sendiri yang tidak mendukung gerakan Zionisme.
Evaluasi Teologis atas klaim Israel terhadap tanah Perjanjian
Dasar keyakinan tindakan agresi, kekerasan dan pembunuhan etnis yang dilakukan Israel di Palestina bersumber dari Kejadian 12:1-3:
“Berfirmanlah Tuhan kepada Abraham:Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu; Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu mahsyur; dan engkau akan menjadi berkat. Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat.
Dalam janji tersebut terdapat dua hal. Pertama, Allah akan membuat keturunan Abraham besar. Kedua, Allah akan menjadikan Abraham dan keturunannya menjadi berkat.
Orang Kristen seringkali mengartikan janji Allah kepada Abraham secara parsial. Hanya mengatakan bahwa sebagai umat yang diberkati Allah, Israel tidak boleh dikutuk, Israel harus diberkati. Sebab Allah akan memberkati orang yang memberkati Israel dan mengutuk orang yang mengutuk Israel. Yang dilupakan, bahwa keberadaan orang Israel perlu menjadi berkat bagi seluruh kaum di muka bumi. Artinya, ada imperatif atau implikasi etis dari keturunan Abraham yang diberkati Allah. Janji Allah tidak diberikan kepada Israel untuk memuaskan keinginan Israel tetapi supaya Israel menjadi komunitas percontohan sebagai umat Allah.

Umat Israel perlu menyadari bahwa tanah Kanaan adalah tanah milik Allah. Sebagai tanah milik Allah, di situ di sebut tanah perhentian (Maz 95:11). Artinya, tanah di mana hadirat Allah tinggal. Ketika di situ Allah tinggal, maka tanah itu kudus, khusus. Tanah tersebut perlu memancarakan sifat-sifat Allah.
Salah satu wujudnya adalah sifat Allah yang perlu ditunjukkan dalam sikap hormat orang Israel kepada hak hidup orang lain. Dalam perjalanan hidup Abraham, Alkitab menceritakan kalau Abraham tidak menaklukkan Kanaan. Ia bahkan membeli tanah orang Het untuk kuburan Sara, isterinya, walau pun orang Het itu hendak memberikan tanah tersebut kepada Abraham (Kejadian 23).
Dalam I Tawarikh 21, ketika raja Daud hendak mendirikan bait Allah, tanah yang terpilih untuk menjadi lokasi bait Allah adalah milik Irnan, orang Kanaan. Karena tanah ini milik Allah, secara spiritual juga milik orang Israel. Tetapi yang menarik, Daud tidak merebutnya secara paksa. Ia membelinya.
Ini berbeda dengan kisah dalam 1 Raja-raja 21. Raja Ahab ingin kebun anggur Nabot yang subur. Tetapi Nabot menolak untuk menjualnya. Izebel, isteri Ahab kemudian menghasut rakyat untuk membunuh Nabot. Setelah Nabot mati, raja Ahab mengambil kebunnya. Apa respon Allah? Allah menyuruh Elia berkata kepada Ahab: Engkau telah membunuh serta merampas juga!” Katakan pula kepadanya:Beginilah firman Tuhan: Di tempat anjing telah menjilat darah Nabot, di situ jugalah anjing akan menjilat darahmu”. (ayat 19).

RELATED ARTICLE  Basudara

Allah yang tegas melarang orang Israel mengambil hak orang lain, diungkapkan di banyak tempat dalam PL. Celakalah mereka yang menyerobot rumah demi rumah dan menceku ladang demi ladang, sehingga tidak ada lagitempat bagi orang lain dan hanya kamu sendiri yang tinggal di dalam negeri (Yesaya 5:8).
Dalam PB kita tahu, Allah di dalam Kristus mengajak umat-Nya untuk menyadari bahwa kebesaran dan kebebasan hidup mereka tidak pertama-tama diukur dari hal fisik atau dunia. Yesus tidak melakukan aksi perlawanan terhadap penjajah Roma, tetapi Ia mengajak umat-Nya mengalahkan dosa. Ia membebaskan manusia bukan pertama-tama dari penindasan pihak luar, tetapi dari kuasa dosa yang ada di batin seseorang. Yesus tidak mengajar umat-Nya untuk membangun kerajaan dunia, tetapi Ia mengundang orang untuk mengalami realitas kerajaan Allah. Kerajaan Allah ini(kingship), tidak lagi dibatasi wilayah. Siapa pun, orang dari etnis atau keyakinan relijius mana pun (termasuk Samaria) bisa mengalaminya.

Penutup
Banyak orang Kristen yang mendukung Zionisme Israel. Tetapi ada kelompok Kristen di Amerika yang secara tegas menolak Zionisme. Mereka mengungkapkan komitmen (1981):
Sebagai orang percaya yang berpegang pada Kristus dan kerajaan-Nya, kami menantang berbagai praduga populer tentang penafsiran Alkitab dan perkiraan kesetiaan politis yang dipegang secara luas oleh sesama orang Kristen dalam berbagai sikap mereka terhadap konflik di Timur Tengah. Kami menyampaikan seruan yang penting ini pada gereja-gereja milik Yesus Kristus untuk mendengarkan dan memedulikan suara-suara yang sedang mengerang , yang meminta keadilan di tanah tepat Tuhan kita dahulu berjalan, mengajar, tersealibkan dan bangkit dari kematian. Kita telah menutup hati kita terhadap suara-suara ini, bahkan menjauhkan diri kita untuk membela orang Kristen yang berusaha melanjutkan kehidupannya di tanah ini.
…….kami mengakui kebungkaman, ketidakacuhan, kebebalan hati dan kepengecutan kami di hada[an berbagai realitas yang menghilangkan nilai kemanusiaan ini (sebagaimana dikutip Burge: 313)
Bagaimana respon orang Kristen di Indonesia seharusnya? Apa yang bisa dilakukannya dalam rangka merespon konflik di Palestina yang menginjak-injak wajah kemanusiaan secara vulgar dan barbar?

Sumber: http://english.alarabiya.net/articles/2012/11/17/250100.html
Burge,G.M., Palestina Milik Siapa, Jakarta: BPK GM, 2003
Devries,K,dkk., Perang Salib, Jakarta: ElexMedia Komputindo, 2013
Juergensymeyer,M., Teror Atas Nama Tuhan, Jakarta: Nizam, 2002