Pemuda Kristen Kenang Intan Marbun di Pesantren

0
158

SINODEGKI.ORG – Anak-anak muda baru saja mengunjungi GKI Klaten dan Pura Pitamaha Klaten. Kali ini mereka tiba di Pondok Pesantren Mambaul Hisan, Desa Karanganom, Klaten Utara. Mereka adalah pimpinan organisasi SMP/MTs, SMA/MTA, BEM Kampus dan pemuda se Kota Klaten. Senin itu (14/11) para pemimpin muda ini tengah mengikuti salah satu sesi dalam workshop multikultural, sesi yang mengajak mereka mengunjungi rumah-rumah ibadah di kota kecil ini.

Sebagian besar peserta yang Muslim baru pertama kali menginjakkan kaki di gereja dan pura. Rekan-rekan mereka Kristiani dan Hindu juga baru kali ini ada di pesantren. Awalnya memang agak canggung. Namun, kebersamaan yang mereka pupuk sebelumnya, akhirnya bisa mencairkan suasana.

Mereka pun tak puas hanya mengalami kebersamaan itu sendiri. Mereka menyadari bahwa kebersamaan seperti itu adalah suasana yang terkadang gagal direngkuh di bumi Indonesia. Peserta dan panitia mendengar, sehari sebelumnya (13/11) ada serangan ke satu gereja di Samarinda. Dini hari di hari yang sama mereka berkumpul, Intan Marbun, salah seorang anak kecil korban serangan itu, akhirnya meninggal.

Jadi, di ruang temu Pesantren Mambaul Hisan itu mereka spontan menggelar doa bersama. Bentuk bahwa mereka menyatu dalam keprihatinan, sembari gigih memperjuangkan harapan akan perdamaian. Menyatu bersama Intan, juga Alvaro, Triniti dan Anita ketiga rekannya yang masih dirawat, orang tua dan jemaat di gedung Gereka Oikumene Sengkotek Samarinda, serta seluruh kesedihan orang Indonesia.

Pemuka agama yang hadir pun turut menyumbang doa, bersama para pemuda ini.

Jauhkanlah negeri kami tercinta ini dari negeri porak poranda, yang hanya dirusak oleh tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab…, apalagi yang menggunakan ayat kitab suci hanya untuk memuaskan hasrat politik mereka, ya Rabb…,” Kyai Kholilurahman, pengasuh pondok, menyeru dalam doanya.

RELATED ARTICLE  Pengurus Pusat PSI kunjungi BPMS GKI

Pdt. Pelangi Kurnia Putri dari GKI Klaten lalu melanjutkan doa, demikian pula peserta dari Hindu dan perwakilan umat Katolik. Semua merasakan keheningan dalam momen menyatukan kesedihan dan harapan ini.

Seorang peserta Kristiani sempat berkomentar, momen ini begitu haru sekaligus indah. Tak pernah terbayangkan olehnya ada momen mendoakan rekan-rekan Kristiani yang menjadi korban kekerasan atas nama agama, tapi itu dilakukan di pondok pesantren, bersama rekan-rekan lintas iman. Di situ, ia juga merasakan hadirat Tuhan.

Barangkali dalam batin kita bisa sama-sama melihat, Tuhan dan Intan tersenyum di surga. Mendengar sumbangsih doa rekan-rekan muda di Klaten. Juga melihat karya kita besama demi perdamaian. (selisip.com/spw)

klaten-1-752x440