Pohon Ara Di Kebun Anggur

0
136

Pdt. Lindawati Mismanto

Di roof top GKI Manyar Surabaya terdapat sejumlah tanaman. Ada berbagai macam tanaman di sini. Anda dapat melihatnya bila suatu saat anda berkunjung. Termasuk di dalamnya tanaman yang jarang dijumpai, dan tidak mudah perawatannya. Mengapa tanaman ini bisa tumbuh bahkan berbuah di sini? Ya, karena ada seseorang yang mengasihi dan merawat mereka. Di sini ada bapak Herry Rusli. Kami menyebutnya sebagai Kepala Dinas Pertamanan Gereja. Tentu sebagai gurauan sekaligus dukungan bagi kecintaannya pada semua tanaman ini, bagaikan seorang ayah yang merawat anaknya. Kami sering merasa, bahwa melalui tanaman-tanaman ini, Tuhan hendak menunjukkan cinta-Nya yang besar atas kita.

Di tangan saya ini ada buah ara, dan ini adalah pohon aranya. Anda menemukan ternyata pohon ara tidak hanya tumbuh di tanah Palestina, tetapi juga di negeri kita.

Pohon ara di dalam catatan Alkitab sering tumbuh di jalan-jalan, tanpa perawatan dan tanpa pemilik. Ia tumbuh begitu saja. Bahkan pohon ini bisa berbuah hingga tiga kali dalam setahun. Jika ditotal, maka sepuluh bulan dalam setahun ia dapat berbuah. Meski buahnya tidak selalu dalam kualitas yang sama.

Bagaimana jika pohon ini ditanam di kebun anggur? Inilah yang dicatat dalam perumpamaan Yesus dalaam Lukas 13:6-9. “Seorang mempunyai pohon ara di kebun anggur…” Pohon ara ini istimewa. Ia sengaja ditanam di kebun anggur, tentu dengan pemeliharaan istimewa. Jika pohon ara yang tumbuh di jalan-jalan, tanpa pemilik dan tanpa perawatan bisa berbuah, maka seharusnya pohon ara yang ditanam di kebun anggur akan berbuah lebat, bukan? Tetapi apa yang terjadi? “…sang pemilik datang untuk mencari buah pada pohon itu, tetapi tidak menemukannya.” Dan itu terjadi selama tiga tahun. Bisa dibayangkan betapa kecewanya sang pemilik kebun.

RELATED ARTICLE  Refleksi Harian 31 Maret 2015

Bisakah kita membayangkan jika kita adalah pohon ara itu? Kita mengalami kasih dan pemeliharaan Tuhan secara istimewa. Pertanyaannya, apakah kita sudah menghasilkan buah? Atau sebaliknya, kita hanya hidup bagi diri kita sendiri?

Semoga Tuhan tidak perlu kecewa dengan hidup kita dan mengatakan: “Untuk apa ia hidup di tanah ini dengan percuma!” Mari kita melakukan perkara-perkara yang berdampak kebaikan bagi kehidupan orang lain.