Puasa dan Derma

1
258

Puasa telah dikenal oleh umat Israel sejak zaman Alkitab. Kali ini kita melihat apa, bagaimana, dan kapan umat Israel berpuasa.

Orang Israel dalam Perjanjian Lama telah mengenal praktek berpuasa sejak lama. Secara umum puasa berasal dari kata tşŭm (berpuasa)  tşŏm (puasa) atau ānna nafsyô (menekan hawa nafsu). Berpuasa menurut pengertian tersebut dijalankan dengan cara berhenti atau mengurangi makan (dan kadang-kadang minum) selama beberapa saat dalam rangka perendahan diri secara khidmat kepada Allah.

Fungsi puasa dalam Alkitab tidak melulu sebagai sarana, cara, atau metode (terutama untuk mencapai kesempurnaan). Fungsi puasa juga sebagai tanda, simbol, persiapan, pengudusan diri, dan tekad di dalam memperjuangkan sesuatu. Puasa seringkali dilakukan secara komunal di dalam liturgi dan bersifat suka rela. Sekalipun cara berpuasa hanya dihubungkan dengan makanan dan minuman, tetapi seringkali berpuasa diikuti dengan berpantang.

Berpantang tidak hanya menyangkut soal makan dan minum. Berpantang dilakukan dengan mengerjakan sesuatu sebagai tanda, misalnya: penyesalan. Israel (Hak 20:26) berpantang dengan menangis dan mempersembahkan kurban. Ahab (1Raj 21:27) berpantang dengan mengenakan kain kabung dan abu. Israel berpantang dengan menangis dan mengaduh (Yl 2:12).

Berbeda Perjanjian Lama yang lebih mengulas praktek berpuasa, puasa di dalam Perjanjian Baru mulai dipersoalkan penggunaannya. Puasa dalam bahasa Yunani ialah νηστεύω (tidak makan), atau dari άσιτος atau άσιτία. Arti kedua lebih menjelaskan kepada arti berpuasa terpaksa tidak makan (Kis 27:21). Sedangkan arti pertama lebih menjelaskan pada disiplin berpuasa sebagai suatu ibadat. Yesus berpuasa (νηστεύσας) selama empat puluh hari siang dan malam (Mat 4:1-11). Ketiga jawaban Yesus melawan Iblis menggambarkan hal ketergantungan manusia hanya kepada Allah. 1) “Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman Allah.” 2) “Janganlah engkau mencobai Tuhan, Allahmu.” 3) “Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu.” Hanya orang yang merasa laparlah yang bergantung pada Allah. Di dalam ketergantungan kepada Allah, manusia mengendalikan dirinya.

RELATED ARTICLE  Hanya Sekedar Simbol

Di samping itu, rupanya ada kelompok manusia yang menyalahgunakan puasa (Mat 6:16). Yesus menyinggung hal berpuasa, “Apabila kamu berpuasa janganlah muram mukamu seperti orang munafik (maksudnya adalah orang-orang Farisi), supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Penulis Matius merujuk kepada praktek berpuasa yang dilakukan secara salah sebagaimana tertulis di dalam kitab Nabi-nabi.

Salah satu tujuan atau hikmat berpuasa yang dimunculkan dari zaman Alkitab, adalah praktek berpuasa yang diikuti dengan berderma. Seorang filsuf dan apologis: Aristides dari Athena (± 140) dalam Apologia-nya – ketika berbicara tentang sikap hidup orang Kristen di antara bangsa kafir – menuliskan tentang sikap yang baik bagi seorang Kristen. Antara lain dituliskannya:

“Jikalau terdapat orang miskin atau orang kekurangan di antara mereka (maksudnya: orang asing atau orang Kristen), dan jika mereka (maksudnya: orang Kristen itu) tidak mempunyai makanan lebih sama sekali, maka mereka berpuasa selama dua-tiga hari agar dapat memberikan makanannya kepada yang membutuhkannya.”

Uraian ini dapat menjadi salah satu tolok ukur tentang sikap derma dan perhatian sosial dari berpuasa. Kaum asket memberlakukannya. Antonius dan Benediktus memperhatikan persoalan ini sebagai ajaran hidup monastik. Hanya, dari Aristides kita dapat merujuk dan melihatnya secara luas kepada kitab Nabi-nabi. Para Nabi (Yes 58:3-7; Yer 14:12; Za 7:5) mengecam orang yang salah dalam berpuasa. Berpuasa bukan tujuan, melainkan sarana untuk “membuka belenggu-belenggu kelaliman, melepaskan tali-tali kuk, memerdekakan orang yang teraniaya, membagikan rotimu kepada yang lapar” (Yes 58:3-7).

Pada masa kini, beberapa Jemaat GKI telah melakukan berderma waktu berpuasa selama Prapaska. Dengan merujuk praktek tersebut, kita merasakan bahwa berpuasa dan berderma merupakan hakikat puasa Gereja.

RELATED ARTICLE  Pemimpin: Berani Mengingatkan