Rayakan Keterbatasan

0
56
Dave Stevens. Foto: pbr.com

Pdt. Rudianto Djajakartika,

Manusia adalah mahluk yang terbatas, tidak pernah sukses terus dan kadang-kadang mengalami kegagalan. Kita tidak pernah sehat terus dan terkadang mengalami sakit. Tetapi bagi orang beriman, keterbatasan bukanlah sesuatu yang harus dikuatirkan.

Kesadaran akan keterbatasan sering menjadi rahasia sebuah keberhasilan. Dimana keterbatasan itu menjadi sebuah ruang bagi Allah untuk berkarya di dalam kehidupan kita. Bersama Allah keterbatasan justru dapat diterima dan dirayakan. Disyukuri, bukan karena senang pada keterbatasan itu, tetapi melihat keterbatsan sebagai ruang kehadiran Allah. Dan bukankah bersama Allah kita dapat berkata: ketika aku lemah maka aku kuat.

Sekeliling kita memang mengakui kelebihan bukan keterbatasan. Sulit mengaku kalah dan maunya menang terus. Lalu bagaimana faktanya kalau keterbatasan datang menyapa kita? Bukankah dalam hidup kita pernah mengalami kekalahan?

Alih-alih mengeluh, Rasul Paulus justru melihat keterbatasannya sebagai cara Tuhan memberkatinya. Keterbatasan membantu Paulus melihat dirinya sebagai mahluk yang terbatas. Dan karena itu ia harus senantiasa bergantung kepada Allah.

Paulus juga melihat bahwa dalam keterbatasannya justru Allah dapat bekerja secara utuh dan penuh. Dan ini justru menjadi strategi keberhasilan pelayanannya, berangkat dari keterbatasan.

Bila anda saat ini sedang bertemu dengan keterbatasan, anda sedang terbaring sakit, anda sedang mengalami kerugian dalam usaha anda, serahkanlah keterbatasan itu kepada Tuhan dan ijinkan Dia memakai anda dalam keterbatasan anda.

Selamat merangkul dan merayakan keterbatasan. Jangan takut mengaku kalah, mari membangun masa depan bersama Tuhan yang tidak terbatas. Tuhan berkenan bekerja melalui segala keterbatasan, kekacauan hidup kita.

RELATED ARTICLE  Refleksi Harian 4 Maret 2015