Refleksi Harian 10 April 2015

0
80
Daniel 2:1-23, Kisah Para Rasul 4:23-31

Doa itu bukan “cuma”!

Saya terkesan sekali sewaktu Alm. Pdt. Eka Darmaputera menyinggung melalui salah satu tulisannya sebelum ia berpulang: “ …doa itu bukan “cuma”.

Pdt. Eka mengajar banyak orang untuk tetap tersadar. Sebab acap kali orang lupa akan makna doa. Doa dianggap menjadi semacam hal sederhana dan praktis sebagai tindakan menyerah jika sudah  menemui “jalan buntu”. Padahal berdoa tidak pernah mewujud sekerdil itu. Doa selalu diawali dengan keberanian untuk memilih dengan tegas, bahwa Allah selalu menjadi yang berkuasa. Di dalam pengakuan akan kuasa-Nya yang penuh hikmat dan kebaikan itu, orang yang berdoa dimampukan-Nya melangkah maju dengan segala kebaruan hidup karena pengasihan-Nya.

Daniel, Hananya, Misael, Azarya, empat sekawan yang cerdas itu, menghadapi ancaman yang serius. Sang Raja Babel Nebukadnezar menjadi begitu liar dengan kekuasaannya dan meminta hal yang mustahil untuk dipenuhi bahkan oleh para cendekia sekalipun. Tidak cukup sampai di situ, raja linglung itu menitahkan hukuman mati manakala para cerdik cendekia tidak mampu memenuhi permintaannya. Apa yang kemudian dilakukan Daniel dan kawan-kawanya? Mereka berdoa!

Petrus dan Yohanes beserta para rasul Kristus lainnya menghadapi ancaman yang tidak jauh berbeda. Mahkamah Agama Yahudi yang ketakutan kehilangan pamor, sekuat tenaga menghambat upaya pemberitaan Injil Allah di dalam Kristus. Walaupun jelas-jelas para Rasul sedang melakukan karya kebaikan kepada banyak orang karena kuasa Kristus, orang-orang liar yang haus kuasa itu tidak mau bertobat. Apa yang kemudian dilakukan Petrus, Yohanes dan para rasul? Mereka berdoa!

Doa bukan sekadar cuma. Jangan menjadi murung dan mengatakan “Saya cuma bisa berdoa.” Sebab bagi Daniel, Hananya, Misael, Azarya, Petrus, Yohanes, Para Rasul, Pdt. Eka dan tidak terhitung lagi banyaknya orang yang berdoa, berbagai ancaman serius justru bisa dihadapi dengan hikmat Allah, karena berdoa! (EE)

RELATED ARTICLE  Jejak...