Refleksi Harian 12 Maret 2015

0
56

Kejadian 9:8-17
Efesus 1:3-6

“Wah, Tuhan begitu baik bagi saya!”
“Saya sungguh-sungguh merasakan kasih Tuhan dalam kehidupan saya.”
“Belum pernah saya merasakan penyertaan Tuhan seperti yang saya rasakan sekarang ini.”

Kalimat-kalimat di atas seringkali kita ucapkan ketika kita mengalami serangkaian hal baik dalam kehidupan kita. Mungkin kita mendapatkan pekerjaan tambahan ketika kita sedang mengalami krisis keuangan, atau menerima kesembuhan setelah lama terbaring sakit, atau mendapatkan kekasih yang sepadan dengan kita setelah bertahun-tahun mengalami patah hati. Pertanyaannya, apakah kasih Tuhan hanya kita rasakan ketika kita mendapatkan berkat? Berapa lama sebelum kita lupa bahwa Tuhan mengasihi kita, menyertai kita, baik kepada kita, dan semuanya itu hanya menjadi klise-klise Kristiani tanpa kita resapi sungguh-sungguh?

Pada akhir kisah Nuh, dikatakan bahwa Tuhan menempatkan busur di langit untuk mengingatkan-Nya akan janji-Nya kepada Nuh dan segenap keturunannya, termasuk kita. Namun, barangkali sesungguhnya bukan Tuhan yang membutuhkan pengingat tersebut, melainkan kita. Betapa banyaknya tanda-tanda akan kasih-Nya yang Tuhan berikan yang selalu ada dalam kehidupan kita, namun kita anggap biasa saja, bahkan tidak kita perhatikan. Baru ketika kita mengalami masalah dan Tuhan menolong kita, kita menyadari kasih-Nya tersebut. Marilah kita ambil waktu untuk meresapi kasih Tuhan yang tidak terkait dengan apa yang kita alami dalam kehidupan kita. Kasih Tuhan yang kekal, yang selalu melingkupi kita.

RELATED ARTICLE  Refleksi Harian 2 Juni 2015