Refleksi Harian – 26 Feb 2015

0
57

Bacaan: Kejadian 15:1-6, 12-18; Roma 3:21-31

Pertanyaan, bila disampaikan dalam situasi dan kondisi tepat tak akan menjadi masalah. Seperti: kapan punya pacar? Bila disampaikan kepada orang yang gagal berpacaran akan menimbulkan dampak penolakan berkomunikasi dengan si penanya.

Demikian pula jika pertanyaan: sudah punya anak berapa? Bila disampaikan kepada pasangan yang menikah selama puluhan tahun dan belum bahkan tidak dikaruniai anak oleh Tuhan, akan berdampak pada hubungan antara penanya dengan yang ditanya. Dunia timur akan menganggap tabu pertanyaan tersebut dan menganggap si penanya tak berperasaan karena tega menanyakan sesuatu yang menyakitkan bagi pasanhan tersebut. 

Abram pun memiliki sensitifitas akan masalah keturunan. Apalagi dalam dunia patriarkhal, menganut garis keturunan laki-laki. Meski pun Tuhan menyatakan diri sebagai perisai dan memintanya tak takut serta diberi upah besar, tak menyurutkan Abram untuk tetap berpendirian bahwa apa pun yang dimiliki, bila tak punya keturunan menjadikan hidupnya tak berarti. Ketika Tuhan menjanjikan keturunannya akan seperti bintang-bintang di langit, Abram langsung percaya meski Tuhan belum menggenapi janjiNya saat itu juga kepada Abram. Ia mengimani janji Tuhan tanpa harus melihat buktinya.

Kalau kita memiliki sikap iman seperti Abram, percaya kepada janji Tuhan, niscaya kita pun mendapat upah besar. (US)

RELATED ARTICLE  Refleksi Harian - 21 Juli 2015