Refleksi Harian – 27 Feb 2015

0
51

Bahan: Kejadian 16:1-6; Roma 4:1-12.

Saling mendukung kelemahan dan kelebihan pasangan menjadi tali pengikat kasih hubungan antara Abram dan Sarai. Sekalipun Abram dapat mengambil banyak istri pada jamannya, tapi ia memilih setia kepada Sarai – tanpa membebani hubungan mereka tentang siapa yang mandul di antara keduanya. Abram mengimani bahwa ada atau tidak ada keturunan adalah karunia Tuhan, sebagai Sang pemberi kehidupan. Berbeda dengan Sarai, ia beranggapan bahwa ketidakhadiran seorang anak adalah karena istri, perempuan yang tidak diberi kesempatan melahirkan anak oleh Tuhan.

Konsep berpikir Sarai membuatnya mendukung budaya bahwa suami boleh memiliki lebih dari satu istri untuk keberlangsungan sebuah keturunan. Abram mendukung Sarai (kelemahan pemahaman Sarai yang berangkat dari penerimaan budaya pada waktu itu, akan seorang perempuan yang tak bisa melahirkan anak) untuk nantinya menguatkan Sarai, bahwa iman kepada Tuhan sebagai Sang pemberi kehidupanlah yang perlu menjadi pegangan. Bukan budaya – sebagai hasil pemikiran manusia yang dipegang, karena budaya dapat direkonstruksi ulang sesuai konteks jaman.

Saudaraku, berpeganglah pada Tuhan dan berimanlah kepada Sang pemberi kehidupan. Janganlah kehadiran dan apalagi ketidakhadiran seorang anak menjauhkan relasi suami istri. (US).

RELATED ARTICLE  Amarah VS Berdiam Diri