Refleksi Harian 29 April 2015

0
65

Bahan: Mikh. 7:8-20; Mark.14:26-31
Mawas diri

Seorang perempuan, buruh pabrik permen, terlihat tak canggung memilin dan memotong permen. Dalam waktu setengah jam, ia sudah menghasilkan satu keranjang permen! Wow, kecepatan tangan yang terlatih! Namun pernahkah ia terluka karena pisau pemotong permen itu? Ya, ia menunjukkan bekas luka di jari dan tangannya.
Karena terbiasa, seseorang bisa lalai dalam mawas diri, menganggap semua ada di bawah kontrolnya. Padahal, faktor internal dan eksternal ikut mempengaruhi kondisi seseorang.

Saat Petrus mendengar perkataan Yesus bahwa murid-murid akan tergoncang imannya, ia menolaknya. Ia merasa yakin tak akan goncang imannya. Ya, bisa dimaklumi bahwa Petrus militan dalam hal iman. Namun apakah karena militan, seseorang senantiasa mawas diri?

Ketika seseorang menempatkan diri pada posisi ‘tak akan goncang’ justru ia menunjukkan penolakan akan kenyataan bahwa ada faktor-faktor internal dan eksternal yang akan mempengaruhi setiap pengambilan keputusan seseorang. Kita justru perlu waspada, rendah hati untuk menuju mawas diri, sehingga dijauhkan dari cobaan. Mengakui bahwa sebagai manusia, kita rentan terhadap goncangan. Satu hal yang pasti, bahwa Tuhanlah yang akan memampukan kita melewati goncangan itu.

Mari kita mengelola sikap waspada dan rendah hati, agar senantiasa dapat mawas diri, dengan menaikkan doa di mana pun kita berada, mohon Tuhan senantiasa melindungi. (US)

RELATED ARTICLE  Refleksi Harian 21 Maret 2015