Refleksi Harian 5 Maret 2015

0
58
Batu hidup (1 Petrus 2:4-10)

Petrus menggambarkan Yesus Kristus sebagai batu penjuru, batu yang hidup. Petrus mengajak pengikut Kristus menjadi batu-batu hidup yang tersusun di atas Sang Batu Penjuru untuk pembangunan “rumah rohani” yaitu Gereja.

Kita juga mengingat Paulus, yang menggambarkan Yesus sebagai kepala dari tubuh (Ef. 4:15-16). Tubuh yang terhubung dengan kepala menjadi tubuh yang vital dan hidup untuk berkarya. Baik Petrus maupun Paulus mengusung gagasan makna Gereja sebagai sebuah komunitas. Gereja adalah komunitas di mana setiap individu yang unik memberikan dirinya untuk terhubung satu sama lain di dalam sinergi kasih berujung pada karya-karya kasih yang nyata.

Tentu ada pengurbanan diri di dalam upaya membangun komunitas. Tetapi pengurbanan itu berangkat dari ketulusan hati dan kesadaran untuk mempersembahkan yang terbaik bagi Allah. Energi dan sumber daya dikelola sebaik-baiknya supaya kasih Allah nyata terasa bagi seluruh anggota komunitas. Bukankah itu yang sudah terlebih dahulu dilakukan oleh Kristus: Sang Kepala dan Sang Batu Penjuru Gereja-Nya?

Refleksi

  1. Apa artinya jika dikatakan bahwa Gereja bukanlah gedungnya, tetapi orang-orang di dalamnya?
  2. Apa yang harus dilakukan supaya sinergi kasih hadir di dalam Gereja?
  3. Apa yang membedakan Gereja dengan organisasi kemasyarakatan atau lembaga swadaya masyarakat?
RELATED ARTICLE  Berlomba Menghadirkan Kebenaran