Refleksi Harian 6 Maret 2015

0
76

Kasih tidak bisa dihentikan (Kisah Para Rasul 7:30-40)

Dalam kesaksian imannya saat menghadapi tuduhan keji para pemuka agama yang ingin menghambat karya kasih dan kebajikan yang dilakukannya, Stefanus mengusung tokoh yang sangat dihargai oleh umat Perjanjian Lama, yaitu Musa. Bagi Stefanus, diutusnya Musa sebagai pemimpin perjalanan umat Israel pulang ke Kanaan dapat menjadi pola yang jelas tentang tidak mudahnya karya yang dilakukan oleh orang-orang yang menaati Allah dalam memberlakukan kehendak-Nya. Ini tentu menjadi pukulan telak bagi para pemuka agama pada waktu itu, yang jelas-jelas berada di dalam posisi penolakan terhadap Stefanus. Dengan mengangkat kisah ini, Stefanus melakukan kritik untuk mengingatkan mereka bahwa mereka sedang mengulang pilihan bodoh nenek moyang mereka yang menolak kehadiran Musa, utusan Allah untuk menyelamatkan mereka.

Bukan hanya itu, Stefanus dengan jitu menyimak bahwa karya para utusan Allah tidak pernah dapat dihentikan oleh pemberontakan umat Allah. Akan hadir pada saat yang ditentukan Allah, karya kenabian yang kritis untuk terus mengajak umat mengarahkan pikiran dan hati mereka kepada Allah. Ini menjadi penegasan yang jelas oleh Stefanus bahwa ia tidak gentar sedikit pun dalam menghadapi penolakan dan hambatan dari orang-orang yang ingin menghalangi karya kasih Allah dinyatakan bagi umat-Nya.

Refleksi

  1. Dalam penelaahan Anda di sepanjang Kitab Suci, apakah yang Anda temukan tentang sikap Allah saat Ia berhadapan dengan orang yang mengabaikan tuntunan Firman-Nya?
  2. Apa yang menyebabkan Stefanus dijatuhi hukuman mati?
  3. Jika Anda diberikan kesempatan untuk menjadi pengacara Stefanus, apa yang akan Anda sampaikan kepada para penuduhnya?
RELATED ARTICLE  Refleksi Harian 9 Juni 2015