Refleksi Harian GKI

0
361

Tahan Uji dalam Pencobaan

Kidung Agung 2:1-7; Yakobus 1:9-16

Saat didera oleh penderitaan dan kesusahan, kita tergelitik untuk mengajukan pertanyaan: “Apakah penderitaan dan kesusahan ini datang dari Allah?” Setelah itu kita mulai memikirkan perjalanan hidup kita ke belakang. Muncul beberapa penilaian, yaitu sebagian menganggap bahwa penderitaan ini terjadi sebagai hukuman Allah sebab kita banyak bersalah, sebagian menganggap sebagai suatu kekeliruan sebab kita merasa hidup kita serba baik dan benar, sebagian lagi sebagai suatu ketidakadilan, sebagian lagi menganggap sebagai karma dari orang-tua, dan sebagainya. Surat Yakobus menegaskan bahwa Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat, dan Ia sendiri tidak mencobai siapapun (Yak. 1:13). Lebih tepat kita dicobai oleh oleh keinginan kita sendiri. Keinginan yang dimaksudkan di sini adalah hawa-nafsu daging atau duniawi. Rasul Paulus menguraikan hawa-nafsu daging dalam Galatia 5:20-21. Uraian yang detil tersebut biasanya diringkas menjadi “tujuh dosa maut,” yaitu: kesombongan, kemarahan, keserakahan, iri-hati, nafsu cabul, sikap rakus, dan kemalasan.

Pencobaan-pencobaan yang kita alami utamanya disebabkan oleh tujuh dosa maut tersebut. Namun pada pihak lain kita merasa diri telah hidup benar dan saleh. Justru di sinilah letak masalah utamanya. Kita tidak merendahkan diri, menyesal dan bertobat namun malahan membenarkan diri, sebaliknya kita mengeraskan diri. Akibatnya hasil dari salah satu atau sebagian dari tujuh dosa maut tersebut tidak semakin membawa kita dekat kepada Allah. Di tengah-tengah pencobaan tersebut kita tidak mengalami pembaruan diri. Di tengah situasi tersebut Rasul Yakobus berkata: “Jangan sesat!” (Yak. 1:16). Allah tidak membutuhkan sikap kita yang marah dan menghukum diri. Allah menghendaki setiap kita untuk rendah hati untuk mengaku dan menginsafi agar Dia berbelas-kasihan dan mengaruniakan kerahiman-Nya.

RELATED ARTICLE  Refleksi Sabtu Sunyi 4 April 2015

 

Pdt. Yohanes Bambang Mulyono