Refleksi Harian, Sabtu, 4 Juli 2015

0
59

Bahan: II Sam.3:31-38; Mat. 8:18-22
Tulus Hati

Saat bertemu orang yang dianggap musuh, siapa saja pasti akan waspada. Bagaimana tidak, kalau musuh itu awalnya adalah bagian dari sekelompok orang yang punya kuasa dan tentu punya kekuatan untuk membunuh siapa saja yang bertentangan dengan dirinya, pun kelompoknya.
Abner bin Ner adalah panglima Saul, yang awalnya setia kepada keluarga Saul. Bahkan ia tetap mengabdi kepada keturunan Saul, yaitu Isyboset yang dijadikan raja. Sayangnya, Isyboset tidak bisa melihat ketulusan Abner, dengan menuduhnya berselingkuh dengan istri simpanan Saul. Karena sikap Isyboset yang tidak bisa melihat ketulusan hati Abner, maka ia memilih untuk memihak Daud.
Di pihak Daud pun, Yoab ternyata tidak bisa melihat ketulusan Abner, karena sakit hati saat Asael, adik Yoab dibunuh oleh Abner. Saat Abner berbelok membela Daud, bagi Yoab bagai musuh yang mengintai.
Prasangka yang belum tentu benar dan kebencian karena musuh membunuh anggota keluarga, tak dipungkiri membuat seseorang tidak bisa melihat ketulusan hati.
Daud yang bersandar kepada Tuhan, dapat merasakan ketulusan hati, ia bisa menerima musuhnya.
Untuk bisa tulus hati, jadilah seperti Daud, memiliki rasa takut akan Tuhan dan bersandar pada-Nya. Sehingga prasangka negatif dan rasa benci dapat kita kalahkan. (US).

RELATED ARTICLE  Geraja dan Kritik