Religius atau Spiritual ?

0
83

Pdt. Yolanda Pantou,

Jika Anda suka mengikuti perkembangan trend berpikir atau worldview di dunia modern saat ini, maka Anda mungkin menangkap fenomena bahwa saat ini orang lebih suka disebut sebagai seorang yang spiritual daripada religius. Bahkan di beberapa konteks, seorang yang religius tidak mau diidentikkan dengan agamanya. Jika kita mau jujur, sikap anti agama ini berpangkal pada sikap orang beragama sendiri yang tidak terpuji. Baik mereka yang munafik, yang suka menghakimi, sampai mereka yang membenarkan kekerasan atas nama agama.

Sikap yang demikian dari kaum beragama membuat orang sulit bersimpati terhadap agama. Agama dipandang sebagai virus yang meracuni pikiran kritis manusia dan membuat manusia merasa benar sendiri. Pada dasarnya, inti dari setiap agama adalah ajaran tentang Tuhan (atau Sang Sumber Hidup) dan serangkaian aturan yang diwahyukan oleh-Nya. Maka seharusnya orang yang beragama adalah orang yang percaya kepada Tuhan dan yang berusaha dengan sungguh untuk hidup sesuai perintah-Nya. Logikanya, orang yang beragama adalah orang yang spiritual, karena Tuhan yang dipercayai pun bersifat rohaniah.

Namun yang saat ini terjadi, sering kali orang beragama hanya menjadi orang yang terpaku pada serangkaian peraturan agama, takut pada hukuman dosa dan neraka, dan sibuk menjadi polisi moral bagi sesamanya. Kepatuhan pada aturan agama tidak didasari oleh pencerahan rohani dan ikatan batin yang erat kepada Tuhan. Banyak orang beragama hanya mentok pada identitas agamanya: saya orang Kristen, maka saya pergi ke gereja, merayakan Natal dan membaca Alkitab. Sebagian lagi bertumbuh dalam iman, mereka semakin mendalami agamanya dan terlibat dalam pelayanan dan sebagainya. Tapi ini belum cukup. Kita harus bertumbuh secara spiritual.

RELATED ARTICLE  Deklarasi Wittenberg 10 Januari 2017

Spiritualitas adalah perubahan nilai dan pembaruan batin seseorang yang tampak dalam cara berpikir, perkataan, perbuatan dan cara hidupnya. Singkatnya spiritualitas adalah integritas antara nilai yang diyakini dan perbuatan yang ditunjukkan. Di sinilah sebetulnya spiritualitas dan agama sejalan, karena agama berperan mengajarkan dan menanamkan nilai-nilai yang baik dan rohaniah, yang jika diyakini dan diterapkan oleh penganutnya, akan membantu seseorang bertumbuh dan hidup secara spiritual.

Jadi apakah perlu dipertentangkan antara yang religius dan yang spiritual? Seharusnya tidak. Yang lebih penting dipertanyakan adalah, bagaimana supaya kehidupan beragama kita tidak mandek pada sekedar tahu, beragama, atau sibuk pelayanan? Bagaimana supaya semakin hari kita semakin memiliki integritas antara yang diyakini dan apa yang dilakukan?