Taat pada Perintah Allah atau Adat-istiadat

0
53

Taat pada Perintah Allah atau Adat-istiadat

Kidung Agung 8:5-7; Markus 7:9-23

Tuhan Yesus berkata: “Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat-istiadat manusia” (Mark. 7:8). Dalam konteks ini Tuhan Yesus sepertinya mempertentangkan adat-istiadat dengan perintah Allah. Apakah dimungkinkan perintah Allah diwujudkan dalam adat-istiadat, sehingga tidak selalu harus bertentangan? Hakikat perintah Allah adalah pondasi internal yang paling mendasar dan menentukan kualitas karakter dan kodrat manusia, sedang adat-istiadat adalah bagian eksternal yang dibutuhkan dalam hubungan sosial sehingga tercipta suasana dan relasi yang harmonis. Manusia membutuhkan dimensi internal yaitu firman Allah dan dimensi eksternal yaitu adat-istiadat yang saling integral dan melengkapi. Namun apabila kedua dimensi ini dipertentangkan atau tidak saling mengisi dan melengkapi, pasti terjadi kepincangan. Seharusnya setiap adat-istiadat yang membangun akan menempatkan perintah atau firman Allah sebagai pedoman yang paling berwibawa, sehingga menghasilkan adat-istiadat yang membarui dan membebaskan.

Namun beberapa orang Farisi dan ahli Taurat menjadikan adat-istiadat terlepas dari perintah Allah. Mereka menjadikan peraturan adat-istiadat yang sifatnya lahiriah sebagai yang paling utama. Karena itu mereka menghakimi para murid Yesus yang makan tanpa membasuh tangan. Dengan perkataan lain mereka cenderung menghakimi siapapun yang dianggap tidak sesuai dengan peraturan adat-istiadat yang ada. Menurut Tuhan Yesus tindakan mereka telah menajiskan diri. Sebab makna najis bukan sesuatu yang dari luar masuk ke dalam hati, tetapi sebaliknya apa yang keluar dari hati dengan mencemarkan diri dan orang-orang di sekitar. Kesalahan dalam adat-istiadat yang sifatnya lahirah tidak menajiskan hati seseorang, sebaliknya melanggar perintah Allah yang bersemayam dalam hati itulah yang menajiskan manusia.

 

Pdt. Yohanes Bambang Mulyono

RELATED ARTICLE  Dalektika Kitab Suci