Temu Raya Pemuda 2k15: Bangga O’ Rek!

1
117

Temu Raya Pemuda 2k15: Bangga O’ Rek!
(Pembukaan Hari I)

“Pemuda GKI…” “Bangga O’ Rek!!!” Itulah sapaan pertama yang dibalas penuh semangat oleh pemuda-pemuda GKI yang telah hadir di ruang ibadah GKI Manyar, Surabaya, tempat sebagai titik berkumpul pertama dalam rangkaian Temu Raya Pemuda GKI yang berlangsung tanggal 14 – 17 Mei 2015. Ruangan yang dipenuhi oleh 516 orang peserta, 52 orang panitia dan sekitar 100 pengisi acara tersebut bergemuruh ketika seluruh hadirin menyambut sapaan pembawa acara.

Temu Raya Pemuda GKI 2015 dibuka dengan ibadah yang dilayani oleh Pdt. Lindawati Mismanto dan diiringi musik oleh 27 orang personil GKI Youth Orchestra. Sebelum ibadah dimulai, Sekretaris Umum Sinode GKI, Pdt. Arliyanus Larosa menyambut pemuda-pemudi GKI yang berasal dari Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat dengan mengatakan bahwa acara ini merupakan kali pertama Konfesi GKI dikumandangkan dalam sebuah ibadah. Uniknya, Konfesi tersebut dinyanyikan dalam bentuk lagu yang melodinya digubah oleh Andry Suisan, seorang pemuda GKI asal Surabaya.

Pembukaan oleh Sekum Sinode GKI, Pdt. Arliyanus Larosa

Dalam khotbahnya, Pdt. Lindawati Mismanto mengatakan, tren kepemudaan masa kini yang mengalami degradasi nilai; dan Pemuda GKI – sebagai bagiannya – juga tampak semakin lesu. Namun, kehadiran 516 pemuda GKI dari Batam hingga Denpasar di GKI Manyar pada pembukaan TRP 2K15 menunjukkan bahwa harapan kebangkitan pemuda masih ada!

musik

Bertolak dari Lukas 24:49, Pdt. Linda mengajak umat melihat kembali peristiwa di mana Yesus yang telah bangkit meminta agar para murid-Nya tetap tinggal di Yerusalem. Yerusalem yang pernah ditangisi Yesus adalah kota di mana agama-agama besar dijunjung dan dipuja, namun di kota itu pula kejahatan-kejahatan besar atas nama agama justru terjadi. Ketika agama disanjung dan diutamakan, di situlah justru atas nama Tuhan orang mampu menindas orang lain. Dan gereja – paparnya – seringkali menjadi tempat di mana kekerasan itu terjadi. Apakah hal ini yang membuat pemuda meninggalkan gereja?

RELATED ARTICLE  Penahbisan Pdt. Febrita Melati Simorangkir

Pelayan Firman Pdt. Lindawati Mismanto

Pemuda – menurut Pdt. Linda – seringkali disalahmengerti oleh generasi pendahulunya. Tidak berani menghadapi tantangan, maunya gampang dan enak, terlalu terfokus dengan pencitraan diri melalui sosial media, dan cenderung tidak memenuhi perannya dalam masyarakat adalah stigma yang sering dilekatkan pada kaum muda masa kini. Lantas, benarkah pemuda terlalu asyik dengan dunianya sendiri sehingga melupakan dunia di sekitarnya?

Pdt. Linda juga mengingatkan kondisi Indonesia masa kini di mana 70% penduduknya adalah generasi muda, generasi yang akan menggantikan para pendahulunya dalam 30 tahun mendatang. Bonus demografi ini – tukasnya – justru menjadi tantangan dan peluang bagi kemajuan bangsa ini. Dalam beberapa tahun mendatang generasi muda saat ini akan memegang peranan penting baik bagi negara dan gereja. Mengingat hal itu, ke manakah pemuda masa kini harus melangkah dan apa yang harus diperbuatnya?

Para Peserta

Seperti murid-murid Yesus yang ditinggal pergi, sangatlah wajar jika pemuda merasa khawatir menjalani hidup di “Yerusalem”. Namun janji Tuhan mengaruniakan Roh Kudusnya membangkitkan harapan bahwa bersama saudara-saudara seiman, pemuda diajak untuk bergerak bersama-Nya. Melalui momen perjumpaan dengan teman-teman pemuda dari jemaat-jemaat GKI seluruh Indonesia ini, pemuda GKI diajak untuk tidak menyerah dengan gereja, karena harapan selalu ada bahwa Kristus dapat berkarya melalui gereja-Nya.

Liputan: Menathi G. Purba dan Nadia Nathania
Foto: Nadia Nathania