Wanita Muslim dan Kristen Membentuk “Tembok Penolakan” terhadap terorisme

0
63
Para wanita kumpul di jembatan Wesminter. Foto: theguardian.com

SINODEGKI.ORG – Beberapa waktu lalu, sekitar seratus perempuan, kebanyakan dari Muslim, dengan tangan bergandengan membentuk rantai manusia sepanjang Jembatan Westminster, London, Inggris, sebagai aksi penolakan dan doa.

Aksi yang diorganisir oleh Women’s March ini, sebagai bentuk solidaritas atas peristiwa berdarah pada Rabu (22/3), yang menewaskan empat orang, termasuk seorang Polisi yang sedang berjaga di Gedung Parlemen Inggris.

Banyak diantara mereka menggunakan baju berwarna biru sebagai simbol perdamaian. Mereka berdiri selama lima menit untuk menyatakan rasa duka, dan mendoakan para korban.

Dalam aksi tersebut, hadir pula seorang pendeta dari Camberwell, London Selatan, yang diundang ke acara tersebut dengan rekannya seorang Muslim.

Pdt. Anna Macham, dari St Philips, Camberwell mengatakan kepada Guardian: “Saya begitu terkejut dengan peristiwa itu, dan saya ingin berdiri bersama saudara Muslim saya, dan menunjukkan bahwa apa yang menyatukan kita lebih besar dari apa yang memisahkan kita.”

Dia mengatakan, acara ini ‘sangat emosional,’ dan sambil menambahkan: “Ini begitu tenang dan dadakan; hanya untuk sesaat, namun semua orang tetap hadir.’ Sementara seorang wanita yang juga hadir dalam aksi ini, Kerena Sheath (25), mengatakan, ada suasana hati pembangkangan di jembatan itu. “Orang itu ingin memecah belah kita. Sehingga dengan bergandengan tangan sebagai simbol untuk melakukan kebalikan dari apa yang ia inginkan. Ini adalah London dan Anda tidak akan mengubah kita,’ katanya. ‘Itu sesuatu yang indah untuk keluar dari sesuatu yang begitu mengerikan.’

Rasa pembangkangan muncul setelah Khalid Masood, 52, mengendarai SUV yang disewa. Aksinya menewaskan dua orang dan melukai 50,  sebelum menabrak kendaraan dan berjalan ke Gedung Parlemen. Dia kemudian menikam seorang polisi, sebelum menembak mati dirinya sendiri.

RELATED ARTICLE  Peneguhan Pdt. Hendra Setia Prasaja dan Pdt. Darwin Darmawan

Sebuah dinding bunga kini sebagai tanda tempat di mana petugas Polisi Keith Palmer, polisi yang akhir tewas setelah ditikam. Sejumlah pesan terpampang dengan kata-kata kekesalan dan harapan.

Akeela Ahmed, seorang aktivis Muslim mengatakan: ”  adalah penting bagi kami untuk mengatakan bahwa teror tidak akan mengalahkan dan memecah belah kami, dan kami sangat menghormati korban yang tewas.”

“The image of women coming together from different communities and holding hands has significant symbolic power, particularly in the online world where so much xenophobic and racist language is shared,” McNally said.

“Kami tidak akan pernah dipukuli! London berdiri bersatu dan tidak pernah akan hidup dalam ketakutan. Kami adalah salah satu kota, tidak pernah dibagi dengan tindakan kebencian. Bersatu bersama!,’ demikian salah satu pesan didinding tersebut.  Sementara yang lain mengatakan: ‘Kami tidak takut. London berdiri bersatu.” (theguardian.com/spw)