Focolare Movement: Persatuan Kristen adalah “Janji Tuhan akan Penyembuhan Dunia yang Rusak”

0
39
Quilt “Journey Towards Peace” karya Deborah Stockdale. (Foto: Nikos Kosmidis/WCC)

SINODEGKI.ORG – Pentingnya persatuan Kristen dalam membantu menyembuhkan dunia di tengah pandemi Covid-19 menjadi refleksi para pembicara dalam pertemuan tingkat dunia Focolare Movement.

Focolare Movement adalah gerakan pembaruan spiritual dan sosial, didirikan di Trent, Italia, pada masa Perang Dunia II, tepatnya pada tahun 1943. Gerakan ini didirikan untuk menyebarkan pesan persatuan ke seluruh dunia. Pendiriannya terinspirasi oleh doa Yesus kepada Bapa, “Supaya mereka semua menjadi satu” (Yohanes 17:21), untuk mencapai dunia yang lebih bersatu di mana orang menghormati dan menghargai keragaman.

Pertemuan diadakan pada 28-29 Mei 2021 dengan tema “Kasihilah seorang akan yang lain sama seperti Aku telah mengasihimu”.

Margaret Karram, pemimpin Focolare Movement, menyatakan pandemi Covid-19, telah mengarahkan pada apa yang benar-benar dihargai manusia. “Menemukan kembali Tuhan menjadi mendesak,” katanya, seperti dilansir oikoumene.org pada 28 Mei 2021, sambil menegaskan, persatuan adalah hadiah dari Tuhan.

“Porsi kami adalah dalam menghayati cinta timbal balik ini. Ini adalah cinta atau kasih yang tidak terbatas,” kata Karram, yang mengaku mengenal Focolare Movement ketika berusia 14 tahun melalui sekelompok orang muda, dan kemudian mulai berhubungan dengan para aktivis di banyak gereja.

Kardinal Kurt Koch, presiden Dewan Kepausan untuk Mempromosikan Persatuan Umat Kristen, dengan terlebih dulu menyampaikan salam hangat dari Paus Fransiskus, berbicara tentang bagaimana pandemi Covid-19, dalam beberapa hal, justru menempatkan konsep persatuan dalam “bahaya” bagi kehipupan umat manusia.

“Persatuan tidak lagi menjadi pusat perhatian seperti dalam tradisi selama ini,” kata Koch. “Sebaliknya, pluralisme telah menjadi konsep fundamental.”

Jarak fisik yang terpaksa diadopsi orang selama pandemi Covid-19 telah menunjukkan bahwa kerinduan tentang persatuan lebih penting dari sebelumnya, kata Koch.

RELATED ARTICLE  Penahbisan Pdt. Ujun Junaedi

“Jarak sosial yang sangat diperlukan demi alasan kesehatan sekali lagi menyoroti dalam kesadaran kolektif nilai hubungan antarpribadi,” katanya. Ketika orang mengalami keterbatasan dalam berhubungan langsung, katanya, dunia mengalami “penderitaan dan rasa sakit”.

Penjabat sekretaris jenderal Dewan Gereja Dunia Pdt Prof Dr Ioan Sauca merefleksikan orang-orang Kristen bersama di masa pandemi. “Banyak komunitas kami yang mengalami kematian, ketakutan, isolasi, dan kecemasan tentang masa depan,” katanya. “Namun, kita tetap kuat jika kita tetap bersama dalam persekutuan doa dan solidaritas persaudaraan, dengan komitmen yang tidak pernah goyah untuk persatuan Kristen.”

Banyak orang Kristen dan gereja saling mendukung satu sama lain, menghibur mereka yang kehilangan orang yang dicintai, menemani yang sakit, dan membantu mereka yang membutuhkan, Pdt Sauca merenungkan.

“Bersama-sama dalam perjalanan dalam konteks pandemi, ziarah ekumenis kami untuk keadilan dan perdamaian menjadi ziarah harapan dan cinta kasih untuk persekutuan gereja dan dunia,” katanya. “Ada janji Tuhan untuk menyembuhkan dunia yang rusak ini dan rekonsiliasi dan persatuan dengan Tuhan di dalam Kristus.”

Jalan kita ke masa depan harus menjadi jalan keadilan dan perdamaian untuk semua, yang kita bagikan dengan semua orang yang berkehendak baik, Pdt Sauca menambahkan. “Kita harus bertanggung jawab atas kehidupan dan kelangsungan hidup semua atau kita akan binasa bersama.” (oikoumene.org)