Pesan Pastoral II Badan Pekerja Majelis Sinode GEREJA KRISTEN INDONESIA (GKI) Berkaitan dengan Pandemi Covid-19.

0
1290

SINODEGKI.ORG – Kita semua menyadari bahwa Covid-19 yang sedang kita alami saat ini masih belum berakhir. Jumlah korban yang terjangkit dan yang meninggal dunia terus bertambah dari hari ke hari di seluruh dunia, termasuk juga di Indonesia. Tetapi kita juga tidak pernah boleh kehilangan harapan dan semangat. Banyak saudara kita yang terjangkit pada saat ini dinyatakan pulih dari Covid-19. Kita bersyukur dan berterima kasih bahwa ada banyak dokter, perawat dan peneliti yang bekerja keras melayani dan menolong kita semua dengan cinta kasih dan profesionalitasnya. Kita juga bersyukur bahwa ada banyak orang, termasuk kita di dalamnya, yang juga berupaya untuk ikut serta menghentikan penyebaran Covid-19 ini dengan sungguh-sungguh menahan kepentingan dan ego masing-masing, melakukan social distancing bahkan self isolation demi orang-orang lain di sekitarnya.

Di tengah situasi yang sulit ini kita perlu meneguhkan sikap kita bahwa Covid-19 bukanlah aib yang memalukan dan mesti ditutup-tutupi, dan juga bukan akhir dari segalanya bila ada di antara kita yang mengalaminya. Iman kita kepada Allah Trinitarian adalah iman yang kreatif, dinamis dan tidak fatalistis. Karena itu kita mengingat dengan baik bagaimana Tuhan Yesus mengajak kita untuk memperjuangkan iman dengan menyatakan pekerjaan-pekerjaan Allah yang penuh dengan cinta kasih, justru di tengah penderitaan yang ada di dalam dunia (Yohanes 9:1-3; bdk. Matius 25:37-40). Covid-19 ini adalah krisis kemanusiaan, namun kita bisa melewatinya ketika kita benar-benar mengusahakan pekerjaan-pekerjaan Allah yang penuh dengan cinta kasih kepada sesama dan dunia.

Dalam perkembangan upaya penanganan Covid-19 di Indonesia, tampaknya social distancing, gerakan kerja-sekolah-ibadah dari rumah dan self isolation menjadi pilihan paling efektif untuk membatasi penyebaran wabah penyakit ini. Kita tidak boleh menyepelekan hal ini. Beberapa kasus penularan dicurigai terjadi dalam aktivitas sosial dan agama, seperti ibadah, perlawatan orang sakit, ibadah pernikahan atau melayat dan hadir dalam ibadah penghiburan/pemakaman. Karena itu tindakan sederhana dengan mengganti sementara model kebaktian Minggu untuk menghindari kumpulan orang banyak, menunda sementara kegiatan-kegiatan rutin gerejawi, menyelenggarakan kebaktian pemakaman dengan sangat bijaksana yang mempertimbangkan protokol kesehatan dan jika dimungkinkan menunda kebaktian pernikahan, yang diiringi dengan kepedulian yang kuat bukan hanya pada diri sendiri tetapi juga pada orang lain, dapat membantu membatasi bahkan menghentikan penyebaran Covid-19. Di satu sisi memang hal tersebut mengecewakan, menyedihkan atau membatasi gerak dan kerja kita, namun di sisi lain hal ini juga menumbuhkan kembali kesadaran pada fungsi dan peran kita yang hakikisebagai manusia, lebih jauh pada peran setiap anggota keluarga di masyarakat dan rumah, memberi ruang yang cukup besar pada refleksi dan perenungan diri di tengah bumi ciptaan Tuhan ini.

RELATED ARTICLE  Melindungi Hak Anak Lebih Penting selama Pandemi Covid-19

Menyongsong hari raya Paskah dengan rangkaian kegiatan gerejawi yang padat di Minggu Palmarum, tentu kita mempersiapkan diri untuk mengenang kematian Kristus, sekaligus juga merayakan kebangkitan Kristus yang menghidupkan kembali kemanusiaan kita. Kita rindu untuk merayakan semua itu dalam kebaktian-kebaktian termasuk sakramen seperti yang biasa kita lakukan di tahun-tahun sebelumnya. Namun kembali kita terus diajak dengan kerendahan hati untuk bertindak dan beriman yang bukan terpaku hanya dalam bentuk ritus tertentu saja. Kita tidak diundang untuk menjalankan kebaktian atau sakramen yang didasari oleh sikap fatalistis atau ketidakpedulian. Saat ini kita diajak untuk menjalankan ibadah dalam wujud kebaktian, sakramen dan pelayanan, yang kita lakukan benar-benar dengan kesadaran untuk membuktikan dan menghadirkan cinta kasih bagi sesama serta berkat yang menghidupkan, dan bukan sebaliknya.

Berdasarkan semua perenungan di atas, Badan Pekerja Majelis Sinode (BPMS) Gereja Kristen Indonesia (GKI) dalam koordinasi dengan Badan Pekerja Majelis Sinode Wilayah (BPMSW-BPMSW) dan Komisi Liturgi dan Musik GKI, memberikan arahan terbaru sebagai berikut:

1. Pengalihan seluruh kebaktian yang biasa dilakukan di gereja (onsite) menjadi kebaktian dalam bentuk alternatifsecara online atau rekaman diperpanjang sampai dengan 30 April 2020. Dengan demikian hal ini memperbarui Pesan Pastoral BPMS berkaitan dengan Covid-19 sebelumnya yang menyebutkan tanggal pengalihan kebaktian pada tanggal 22 dan 29 Maret 2020. Mengenai kebijakan ini, kita akan selalu melakukan evaluasi periodik berdasarkan informasi resmi para ahli, pemerintah pusat dan daerah.

2. Kebaktian Jumat Agung dan Paskah, akan dilakukan secara online. Sedangkan Sakramen Perjamuan Kudus yang biasa kita lakukan baik pada Jumat Agung atau pada Minggu Paskah, kita sepakati untuk ditunda pelaksanaannya sampai dengan kebaktian dapat dilakukan kembali seperti biasa di gereja.

RELATED ARTICLE  Pertemuan WCRC di GKI Gunung Sahari

3. Berkaitan dengan penundaan pelaksanaan Perjamuan Kudus (PK), kita diundang untuk menyadari bahwa bagi banyak gereja Protestan di Indonesia, termasuk GKI, merayakan PK di Jumat Agung atau di Minggu Paskah telah dipandang sebagai tradisi yang penting dan mengakar kuat. Namun demikian, dalam banyak tradisi liturgi lainnya Jumat Agung dan Paskah diselenggarakan tanpa merayakan PK. Demikian pula praktek perayaan PK di GKI selama ini tidak secara ketat dikaitkan dengan hari-hari raya gerejawi dalam tahun liturgi. Oleh karena itu, mengingat situasi darurat yang terjadi saat ini dan kesungguhan kita untuk memperjuangkan hal yang lebih besar, yaitu cinta kasih dan kepedulian pada orang lain, maka penundaan PK dimungkinkan. Kita meyakini ditundanya PK tidak mengurangi penghayatan kita akan peristiwa pengorbanan dan kebangkitan Kristus yang akan kita peringati pada Jumat Agung dan Paskah yang akan datang.

4. Kita bersyukur dengan banyaknya jemaat yang berkreasi dengan melakukan live streaming pada saat Kebaktian Minggu dilayankan secara online, namun kita juga perlu bijaksana untuk tetap melakukan social distancing bahkan physical distancing dalam penyiapannya. Karena itu bagi jemaat-jemaat yang tidak membuat live streaming untuk Kebaktian Minggu Pra Paskah VI – Palmarum (5 April), Kebaktian Jumat Agung (10 April), Kebaktian Paskah (12 April), Kebaktian Minggu Paskah II (19 April) dan Kebaktian Minggu Paskah III (26 April) kami menyiapkan kebaktian secara online melalui kanal Youtube berikut ini:

– YKB GKI TV untuk Kebaktian Umum

– Ignite GKI untuk Kebaktian Remaja dan Pemuda

– Binawarga GKI untuk Kebaktian Anak (Sekolah Minggu)

Selain itu jemaat juga dapat memanfaatkan radio streaming Radio Pelita Kasih (RPK) FM dan beberapa stasiun radio daerah yang dapat dijajagi kemungkinannya. Majelis Jemaat atau Badan Pekerja Majelis Klasis diundang untuk menjajagi kemungkinan kerjasama dengan stasiun radio lokal tersebut untuk melakukan siaran Kebaktian pada jam-jam tertentu.

RELATED ARTICLE  Kartu Orange dan Kartu Biru di WCRC 2017

5. Bagi yang menyelenggarakan kebaktian Kamis Putih dan Sabtu Sunyi kami mengimbau BPMSWBPMSW atau Majelis Jemaat-Majelis Jemaat menyiapkan Liturgi Keluarga yang dapat dibagikan melalui media sosial masing-masing sehingga membantu anggota jemaat melakukan ibadah keluarga.

Di tengah situasi wabah ini, banyak pihak mengalami kesulitan ekonomi karena kacaunya usaha yang dijalani, berhentinya pekerjaan harian yang selama ini menjadi penyokong hidup keluarga atau terhambatnya karya karena ketiadaan bahan baku atau pesanan. Panggilan ibadah sejati dengan menyatakan sikap hidup untuk bertolong-tolongan menanggung beban tampaknya makin relevan. Kami mendorong jemaat-jemaat memerhatikan anggota jemaat dan simpatisan masing-masing yang mengalami keterpurukan ekonomi. Selain itu BPMSW-BPMSW, BPMK-BPMK dan Majelis Jemaat-Majelis Jemaat dapat menyiapkan pesan berbentuk renungan harian singkat yang menyapa keluarga-keluarga yang berduka karena kehilangan anggota keluarganya akibat Covid-19 atau bagi mereka yang mengidap Covid-19 dan sedang ada dalam proses pemulihan.

Bagi jemaat-jemaat dan klasis-klasis yang memiliki kemampuan dan kesempatan, dapat melakukan karya sosial yang mencakup area yang lebih luas, seperti menyediakan makan untuk masyarakat yang membutuhkan, termasuk untuk pekerja harian yang mengalami penurunan pendapatan, membantu sterilisasi lingkungan sekitar tempat ibadah, menyokong pengadaan perlengkapan medis bagi para dokter dan tenaga medis yang berjuang di garda terdepan untuk melawan Covid-19, memberikan perhatian dan dukungan moril bagi mereka yang bertugas mengawal penanganan Covid-19, termasuk memikirkan kemungkinan untuk membantu menyiapkan ruang atau tempat penampungan pasien jika rumah sakit tidak lagi dapat menampung pasien yang datang.

Mari kita tetap berdoa berseru kepada Tuhan untuk segera berlalunya Covid-19 sehingga krisis-krisis lain tak memperburuk keadaan. Kita terus mengingat dan berdoa untuk pasien yang saat ini diduga atau sudah positif mengidap Covid-19, keluarga-keluarga yang sedang berdukacita, para dokter, perawat dan rumah sakit yang bekerja keras menolong banyak orang. Semoga Tuhan yang penuh kasih tetap mengingat umat-Nya. Hosiana.