MEMBUKA ISOLASI, MENJALIN RELASI

0
306
Pdt. Essy Essen

SINODEGKI.ORG – (Yohanes 4: 5-42) Air adalah salah satu sumber terpenting bagi kita untuk tetap hidup. Mungkin bagi kita yang tinggal pada daerah yang berlimpah sumber air bersih, air tidak begitu dipentingkan. Tetapi pada daerah yang gersang dan terpencil tanpa pipa dan pompa, air menjadi yang terpenting untuk diperjuangkan dan didapatkan. Adakalanya perebutan kepentingan pun terjadi untuk mendapatkan air.

“Sumur Yakub” sesuai namanya menurut sejarah diusahakan oleh Yakub. Di tengah sulitnya kondisi medan Timur Tengah, Yakub berhasil menyediakan apa yang penting bagi keluarga besarnya sampai turun-temurun. Dengan demikian sumur ini bukan hanya sumber air saja. Tetapi juga menjadi semacam “titik penting” dan identitas kelompok yang mesti dijaga, dibela, diperjuangkan demi kepentingan hidup berhadapan dengan kelompok lain yang merasa penting juga untuk mendapatkan air.

Di “titik penting” keluarga besar Yakub itulah, yaitu di pinggir “Sumur Yakub”, Yesus bercakap-cakap dengan seorang perempuan yang berasal dari keluarga besar Yakub, tetapi yang sudah dianggap “setengah keluarga”, yaitu keturunannya yang ada di wilayah Samaria. Kita tahu bahwa percakapan biasa itu menjadi luar biasa, sebab pada akhirnya, si Perempuan itu menyadari bahwa Yesus adalah Kristus, yang ia imani akan mempersatukan keluarga besar Yakub, bahkan keluarga besar umat manusia, dengan kuasa ilahi yang mendamaikan. Di dalam Kristus kelak tidak ada lagi pertentangan kelas-kelas “Yahudi-Samaria”, “Laki-Laki-Perempuan” “Panabur-Penuai” atau “Yerusalem-Gerizim”. Tetapi di dalam Kristus, ada kesediaan untuk percaya, saling menerima, berbagi, menyambut, memberi diri dengan menjalin relasi yang penuh sukacita oleh karena karunia Allah, Bapa yang baik itu.

Penegasan Yesus yang menyatakan diri-Nya sebagai “Air Hidup” memperlihatkan kepada kita saat ini bahwa di dalam kecenderungan kita dengan “Sumur-Sumur” identitas diri dan kelompok kita yang berpotensi membuat kita mengisolasi diri dengan sesama ciptaan, Yesus akan terus hadir dengan kuasa kasih-Nya yang tidak berhenti. Yesus ingin supaya relasi kita dengan Allah menjadi sehat. Jika relasi kita dengan Bapa sehat, maka cara kita memperlakukan apa yang kita anggap penting dalam hidup, tidak menjadi titik tengkar dengan sesama ciptaan. Dalam roh dan kebenaran, kita semua disadarkan bahwa kasih (kehadiran Kristus) itulah yang paling penting dalam hidup melampaui apa yang kita anggap penting.

RELATED ARTICLE  Refleksi Kata Hari Ini (Pdt. Rinto)

Si Perempuan yang telah menerima “Air Hidup” itu bergegas mengajak orang-orang di sekitar kehidupannya untuk menjumpai dan menerima kasih Yesus. Mereka pun pada akhirnya menerima “Air Hidup” itu. Lalu bagaimana dengan kita sekarang ini? Apakah kita pun mau menerima Yesus Kristus sang “Air Hidup” dan dengan iman membawa-Nya dalam hidup kita supaya terus mengalir menguasai pikiran dan hati kita, sehingga relasi kita dengan sesama ciptaan tidak lagi terisolasi? (Pdt. Essy Essen)