Menjadi Autentik

0
611
Pdt. Juswantori

SINODEGKI.ORG – “Apa kabar Saudara-saudara?”, seorang worship leader menyapa. “Luar biasa,” jawab semua yang hadir serempak. Padahal si Andi baru patah hati. Si Mirna resah karena harus sering cuci darah. Si Joni suka uring-uringan gara-gara belum dapat kerjaan. Si Dian meragukan hadirnya Tuhan, sejak suaminya tewas dalam sebuah kecelakaan. Kenapa semuanya menjawab “luar biasa”? Ya, karena harus begitu jawabannya. Kalau lain, nanti dikira kurang beriman.

Banyak orang ingin mendikte cara dan gaya beriman kita. Harus begini, tidak boleh begitu. Kadang kita sendiri suka mengadopsi model beriman tokoh Kristen yang kita jagokan. Resep sukses mereka kita ikuti: “Lima Langkah Hidup Berkemenangan”, “Hidup yang Digerakkan oleh Tujuan”, “Kuasa Doa Seorang Istri.” Padahal cara Tuhan berkarya dalam diri kita unik, seunik jalan hidup kita. Pertumbuhan iman tidak bisa dicetak menurut pola tertentu. Ia tak bisa dikarbit biar cepat matang (memangnya mangga?). Yang bisa dipoles dengan cepat cuma penampilan dan tutur kata. Bisa lah kita membangun citra diri “rohani” yang lebih hebat dari realita, tapi apa gunanya?

Ketika memilih murid-muridNya, Yesus terkesan dengan Natanael, padahal orangnya cuwek. Setelah Filipus bercerita tentang betapa hebatnya Yesus, Natanael cuma memberi komentar sinis: “Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?” (Yoh 1:46). Kedengarannya kurang ajar, bukan? Tetapi Yesus malah memujinya: “Lihat, inilah seorang Israel sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya!” (ay.47). Natanael dipuji karena tidak bersikap palsu, berpura-pura, atau bermulut manis untuk menutupi keberadaan dirinya. Dia jujur. Asli. Apa adanya. Ekspresi imannya tidak dibuat-buat. Tidak ikut-ikutan. Autentik.

Tuhan Yesus sendiri menjalani hidup sebagai Manusia Autentik. Apa adanya. Hidup bersahaja, lahir di kandang hina, di keluarga sederhana. Setiap hari dijalaniNya dengan kasih dan ketulusan, tanpa kepalsuan. Ia pernah terharu. Menangis. Marah. Terluka dan berucap “Ya Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” Nggak jaim: merasa perlu tampil saleh atau berlagak tegar. Allah yang luar biasa itu justru tampil sebagai orang biasa.

RELATED ARTICLE  Global Warming is a Global Warning

Yesus mengajarkan kita bahwa hidup ini bukan pameran. Bahwa iman itu tidak perlu dipertontonkan. So, yuk jadi Kristen autentik. Anda dicintai Tuhan sebagaimana adanya Anda. Jadi hiduplah apa adanya, tanpa kepalsuan. Kalau ditanya, “Apa kabar?” Ya jawab saja: “Kabar baik” sebagaimana lazimnya. Kalau lagi bermasalah? Bilang: “Kabar buruk.” Memangnya salah kalau jujur mengaku bahwa situasi anda memang tidak lagi “luar biasa”? (Penulis: Pdt. Juswantori Ichwan)