PESAN PASTORAL PASKAH 2022

0
40

PESAN PASTORAL PASKAH 2022

BADAN PEKERJA MAJELIS SINODE

GEREJA KRISTEN INDONESIA

SINODEGKI. ORG – Saudara-saudara anggota jemaat dan simpatisan GKI yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus.

Paskah tahun 2022 ini merupakan Paskah ketiga kita di tengah-tengah situasi pandemi. Seluruh dinamika perjalanan selama pandemi ini tentunya juga sudah kita ikuti bersama. Terjadinya pandemi ini telah menyadarkan kita bahwa betapa ringkih dan terbatasnya diri kita manakala berhadapan dengan realitas hidup yang begitu luas.

Saat ini, data telah menunjukkan sudah mulai melandainya grafik penyebaran pandemi ini. Di banyak tempat, sebagian anggota masyarakat sudah mulai tidak lagi memerhatikan protokol kesehatan. Ada sebagian yang lain yang menganggap bahwa pandemi ini sebagai teman keseharian yang mau tidak mau mesti diterima dan diakrabi. Tentu ada banyak hal yang memengaruhi sikap sebagian masyarakat tadi, salah satunya adalah cara berpikir “post-truth”. Sejak kata “post-truth” ini masuk ke dalam Kamus Oxford di tahun 2016, maka istilah ini menjadi istilah yang cukup dikenal di dunia. Kamus Oxford mendefinisikan kata ini sebagai situasi di mana keyakinan dan perasaan pribadi lebih berpengaruh dalam pembentukan opini publik dibandingkan fakta-fakta yang obyektif. Sebagai contoh saja bahwa data-data riil tentang banyaknya korban yang meninggal, rumah sakit yang penuh dengan pasien, sulitnya mencari obat-obatan, oksigen dan sebagainya itu dikalahkan dengan ketidakpercayaan akan adanya virus Covid-19. Bahkan berita tentang terjadinya pandemi ini justru dianggap sebagai upaya untuk menakut-nakuti masyarakat. Dalam kondisi seperti itu, bisa dikatakan bahwa banyak orang sedang mengalami disonansi kognitif. Disonansi kognitif adalah perasaan tidak nyaman saat menghadapi dua nilai yang berbeda – atau ketika melakukan hal yang tidak sesuai dengan kepercayaan yang dianut.  

RELATED ARTICLE  Pesan Pastoral Paskah Sinode GKI 2016

Para Rasul pernah mengalami disonansi kognitif juga. Di satu sisi mereka yakin sekali bahwa Tuhan Yesus adalah Mesias yang akan menyelamatkan umat Israel, namun pada sisi yang lain mereka melihat kenyataan bahwa Tuhan Yesus mengalami penderitaan bahkan kematian. Hati mereka terguncang hebat. Mereka yang sebelumnya melangkah dengan gagah dan jemawa menyertai Sang Guru di tengah-tengah teriakan “Hosana, Hosana”, namun kemudian dengan mudah menyangkal dan meninggalkan Sang Guru yang sedang dihakimi. Sampai pada hari ketiga setelah wafat Sang Guru, para perempuan datang ke kubur untuk menyempurnakan proses pemulasaran jenasah yang dianggap belum sempurna. Fakta berbicara lain, bahwa ternyata kubur telah terbuka dan jenazah Sang Guru tidak lagi berada di sana. Pada awalnya kesedihan dan ketakutan begitu merasuk jiwa para perempuan itu. Sampai pada akhirnya malaikat berkata, “Mengapa kamu mencari Dia yang hidup, di antara orang mati? Ia tidak ada di sini, Ia telah bangkit. Ingatlah apa yang dikatakan-Nya kepada kamu, ketika Ia masih di Galilea, yaitu bahwa Anak Manusia harus diserahkan ke tangan orang-orang berdosa dan disalibkan, dan akan bangkit pada hari yang ketiga” (Lukas 24:5-7).

Kenyataan bahwa maksud kedatangan para perempuan itu adalah bertemu dengan jenazah – tubuh yang sudah mati – tentu tidak dapat dibantah karena memang waktu pemulasaran jenazah yang begitu singkat menjelang Sabat. Saat itu sebuah fakta yang lain mengguncangkan iman mereka karena kubur telah kosong. Semakin hancurlah pengharapan mereka. Akan tetapi berita dari malaikat hendak mengoreksi sikap mereka yang keliru bahwa bukan seharusnya mereka mencari ‘yang sudah mati’, melainkan mencari “yang bangkit dan hidup” dan “hidup bersama-Nya”. Peristiwa Paskah bukanlah sekadar soal mengingat Yesus yang mati atau bangkit, melainkan soal bagaimana para murid mencari, menemukan, dan hidup bersama dengan Yesus.

RELATED ARTICLE  Pesan Paskah PGI 2017

Kekuatiran dan kebimbangan melanjutkan kehidupan karena berbagai persoalan yang mengadang – temasuk pandemi yang belum usai ini – tentu bisa saja membuat kita enggan untuk melangkah. Seperti adanya alternatif kegiatan gerejawi yang bisa dilakukan secara daring (dalam jaringan – online) telah membuat sebagian anggota jemaat merasa nyaman melakukan aktivitas beribadah dari rumah masing-masing. Ada kekuatiran dari sebagian pemimpin jemaat tentang masa depan kegiatan gerejawi yang diselenggarakan secara luring (di luar jaringan – onsite). Belum lagi tantangan kehidupan dari masing-masing anggota jemaat yang juga belum usai. Mungkin situasi kita saat ini mirip dengan para rasul yang mengalami disonansi kognitif. Akan tetapi berita Paskah kiranya mengingatkan kita bahwa kita harus mencari “Dia yang Hidup” dan hidup bersama-Nya. Iman dan spiritualitas ini yang akan membantu kita untuk memahami keadaan bukan dengan ketakutan, bukan dengan perasaan pribadi, dan juga bukan sekadar sikap obyektivitas sempit, melainkan dengan semangat mengerjakan dan memahami pekerjaan-pekerjaan Allah di tengah dunia ini. Gereja Kristen Indonesia sebagai Gereja milik Kristus dipanggil untuk menghadapi berbagai perubahan dalam menemukan dan menghadirkan semangat cinta kasih Kristus.

Perjalanan kehidupan harus tetap berjalan, oleh karena itu kita harus melanjutkan hidup sebab DIA Sang Hidup akan membimbing kita dalam melangkah, sehingga kita mampu menghadapi, menjalani dan mengatasi tantangan kehidupan ini. SELAMAT PASKAH – Tuhan Yesus memberkati.

Minggu Paskah, 17 April 2022

Salam kami,

Badan Pekerja Majelis Sinode

Gereja Kristen Indonesia

             Pdt. Handi Hadiwitanto                                                             Pdt. Danny Purnama

                      Ketua Umum                                                                           Sekretaria Umum