Bijak Dalam Ucapan

0
119
Ilustrasi: fordham.edu

Pdt. Claudia Kawengian,

Ada fabel tentang cerita berantai yang fatal. Fabel adalah cerita fiksi atau khayalan dari dunia hewan, yang dikisahkan seperti dalam kehidupan manusia. Alkisah  seekor kerbau sedang beristirahat di kandangnya. Si kerbau  baru pulang dari sawah dan Nampak kelelahan. Tak lama datanglah seekor anjing ke tempat kerbau. Lantas kerbau berucap padanya, “ah teman, saya sungguh capek, dan besok ingin istirahat sehari.”  Anjing kemudian pergi dan berjumpa dengan kucing di sudut tembok, lalu anjing berkata, “tadi saya berjumpa kerbau dan dia besok ingin istitahat dulu. Sudah sepantasnya dia istirahat, sebab bos kasih kerjaan terlalu berat.”

Kucing lalu bertemu kambing, dan ia berkata, “ kerbau complain bos kasih kerja terlalu banyak dan berat. Besok tidak mau kerja lagi.”  Kambing kemudian berjumpa dengan ayam dan berucap, “kerbau tidak senang bekerja untuk bos lagi, sebab mungkin ada bos lain yang lebih baik.”  Ayam kemudian jumpa monyet dan berkata, “ kerbau tidak akan kerja untuk bos-nya, ia ingin mencari kerja di tempat bos yang lain. Saat makan malam, monyet jumpa bos dan ia berkata, “ bos, si kerbau akhir-akhir ini telah berubah sifatnya dan ingin meninggalkan bos untuk kerja dengan  bos lain.” Mendengar ucapan monyet, bos marah besar dan kemudian bos membunuh si kerbau karena dinilai telah berkhianat padanya.

Sungguh sangat menyedihkan yang terjadi pada kerbau. Padahal bila dilihat ucapan asli si kerbau : SAYA SUNGGUH CAPEK, DAN BESOK INGIN ISTIRAHAT SEHARI. Tetapi lewat beberapa teman, Akhirnya ucapan ini sampai kepada bos dengan kalimat, “SI KERBAU AKHIR-AKHIR INI TELAH BERUBAH SIFATNYA DAN INGIN MENINGGALKAN BOS UNTUK KERJA DENGAN BOS LAIN.”  Lihat, kalimat itu sudah mengalami perubahan, ada penambahan kata dan dengan arti yang menjadi sangat berbeda dari kalimat yang sebenarnya,  setelah melalui beberapa mulut. kerbau menjadi korban dari kecerobohan teman-temannya sendiri. Dari fabel tentang cerita berantai itu kita diingatkan untuk berhati-hati dalam menyikapi sebuah informasi.

RELATED ARTICLE  Menghadapi Rayuan Dosa

Ada kalanya sebuah informasi atau cerita yang kita dengar dari seseorang itu tidak untuk diteruskan ke orang lain. Bersikap bijaklah untuk memilah dan memilih mana yang perlu untuk diteruskan ke orang lain dan mana yang cukup  berhenti di telinga kita saja. Dan yang lebih penting berhati-hatilah dalam menyampaikan informasi tentang seseorang atau sesuatu hal,  dengan memastikan akurasi informasi tersebut. Setidaknya dengan berhati-hati kita  dapat  menghindarkan diri dari kekeliruan yang bisa berdampak buruk bagi pihak lain.  Belakangan ini kita lihat, berita bohong / hoax begitu merajalela di social media. Orang dengan mudah menelan mentah-mentah informasi yang tidak benar dan kemudian meneruskan pada pihak lain.  Kecerobohan itu bisa berakibat fatal. Berbagai informasi yang tidak benar bisa menyulut pertikaian bahkan bisa mengancam keutuhan relasi. Fitnah, hasutan jahat, provokasi adalah senjata penghancur kehidupan yang tentu saja harus kita hindari.

Amsal 18 : 4 memberikan nasehat yang baik buat kita.   “Perkataan mulut orang adalah seperti air yang dalam, tetapi sumber hikmat adalah seperti batang air yang mengalir.”    “Air yang dalam”  bukankah menjadi tempat berbahaya bagi mereka yang tidak bisa berenang. Air yang dalam adalah gambaran adanya bahaya  yang mengintai, yang bisa merenggut kehidupan.  Dengan kata lain, penulis Amsal mengingatkan kepada kita, agar berhati-hati terhadap apa yang di ucapkan. Sebab perkataan yang tidak mengandung kebenaran tentang seseorang bisa merusak nama baiknya, menggerus reputasinya, menghancurkan

Betapa mengerikan bukan, dampak dari sebuah perkataan. Berhati-hati dengan perkataan, memfilter dengan bijak apa yang didengar dan apa yang akan disampaikan, sehingga pada Akhirnya, apa yang kemudian kita katakan, bisa berdampak positif bagi kehidupan orang lain. Hal itu digambarkan Penulis Amsal dengan kalimat, “sumber hikmat adalah seperti batang air yang mengalir.” Bila apa yang diucapkan mengandung kebenaran, apa yang diucapkan tepat dan berarti bagi pihak lain, niscaya kehadiran kita akan menjadi berkat bagi hidup orang lain. “Batang air” disini menunjuk  aliran air mengalir, dimana airnya menjadi kehidupan bagi setiap tempat dimana ia dilewati. Gambaran itu mestinya menumbuhkan kesadaran diri bahwa kita harus bisa bersikap bijak dalam setiap pernyataan yang diucapkan, agar kehadiran kita sungguh bagi berarti   bagi kehidupan.Sebelum kita menyampaikan atau meneruskan informasi ke pihak lain. Ada baiknya kita bertanya, benarkah informasi tersebut?  Kedua, Perlukah hal itu disampaikan / diteruskan pada pihak lain? Dan apakah hal itu berguna, bermanfaat bagi yang menerimanya? Bila tidak, lantas buat apa kita melakukannya? Semoga sikap bijak kita bisa berarti besar bagi terciptanya perdamaian dan keutuhan hidup bagi segenap penghuni kehidupan kita kita cintai.

RELATED ARTICLE  Hidup adalah Pertandingan

https://www.youtube.com/watch?v=4EmW4bc_jnU&t=12s