Dewan Misi Dunia Undang Semua Orang Melawan Pandemi Ketidakadilan

0
262
Foto: I Can't Breathe Albin Hillert / WCC

SINODEGKI.ORG – Dewan Misi Dunia (The Council for World Mission) yang berjejaring dengan gereja-gereja di dunia, mengeluarkan sebuah pernyataan berjudul “Aku Tidak Bisa Bernapas”. Pernyataan itu diterbitkan bercermin dari keberadaan komunitas etnis kulit hitam dan minoritas, serta pekerja migran, yang diperlakukan sebagai buruh murah, yang sering kali ditolak hak-haknya, upah, dan martabat yang setara.

Sebagaimana ramai diberitakan berbagai media sejak penggal akhir Mei lalu, “Aku tidak bisa bernapas” merupakan ucapan terakhir sebelum George Floyd, pria kulit hitam berusia 46 tahun, terkulai menjelang ajal di bawah tindihan dengkul seorang polisi Minneapolis, terkait kasus uang palsu. Kematian Floyd memicu protes dan kerusuhan di berbagai negara bagian di Amerika Serikat.

Dewan Misi Dunia, seperti dilansir oikoumene.org pada 11 Juni 2020, dalam pernyataannya mengemukakan, “COVID-19 mengungkapkan pandemi ketidaksetaraan yang ada di sekitar kita. Statistik dan realitas ini membingkai kehidupan, kematian, dan juga sistem.”

Kita, pernyataan itu mengungkapkan, hidup dalam konteks yang sangat bermusuhan, dari dua dunia yang sangat berbeda – dunia yang penuh keistimewaan dan dunia yang kurang mampu, dunia orang kulit putih dan dunia orang kulit hitam dan kulit cokelat, dunia orang kaya dan orang tidak kaya.

“Keduanya adalah hasil dari rasisme yang begitu dalam mengakar, yang memicu kekerasan sistemik terhadap orang kulit hitam dan etnis minoritas, melanggengkan ketidakadilan dan melahirkan kemiskinan.”

Pernyataan itu mendorong semua orang harus bangkit melawan pandemi ketidakadilan itu dan rasisme, serta warisan perbudakan yang menopangnya, “Kita, komunitas Kristen, baru saja mengalami musim Pentakosta ketika kita merayakan bagaimana Roh Allah diembuskan kembali kepada para murid.”

“Tindakan bernapas itu, atas para murid yang berduka, melambangkan ciptaan baru, sebuah terobosan kehidupan baru di tengah-tengah kematian, depresi, dan keputusasaan,” Dewan Misi Dunia mengakhiri pernyataannya. (Sotyati, oikoumene.org)

RELATED ARTICLE  Penahbisan Pdt. Ester Novaria