KEBERANIAN vs KEMUNAFIKAN

0
27

Bacaan: Kisah Para Rasul 4:13-22

Pernahkah Anda menemukan keberanian berhadapan dengan kemunafikan? Orang yang berani akan
menelanjangi orang-orang munafik. Orang munafik biasanya akan mengenakan topeng-topeng untuk
menutupi keadaan mereka. Ada berbagai macam topeng. Bisa agama, bisa perbuatan baik, tetapi semua
itu dilakukan di dalam kepura-puraan. Istilah bekennya demi “pencitraan.”


Inilah yang sedang terjadi dalam sidang yang digelar oleh Mahkamah Agama dengan terdakwa Petrus
dan Yohanes. Kisah Para Rasul 3 dan 4 mencatat alasan mereka dihadapkan di depan sidang itu ternyata
karena mereka telah menyembuhkan seorang lumpuh yang biasa mengemis di dekat pintu gerbang Bait
Allah. Peristiwa penyembuhan itu telah menyebabkan kegemparan di halaman Bait Allah. Dan Petrus
menggunakan kesempatan itu untuk menjelaskan tentang Yesus yang telah membuat mujizat itu.
Kerumunan orang banyak yang takjub akan pengajaran Petrus menjadi ancaman tersendiri bagi para
pemimpin agama pada saat itu. Itulah sebabnya mereka berdua dibawa menghadap ke dalam sidang.
Petrus dan Yohanes tidaklah menjadi gentar. Mereka justru menggunakan kesempatan itu untuk
menyampaikan berita tentang Yesus. Keberanian mereka itulah yang mencengangkan anggota
Mahkamah Agama.

Kita ingat seperti apa Petrus saat melihat Yesus berada di depan sidang yang sama.
Ia malah menyangkal Yesus. Tetapi sekarang. Ia begitu berbeda. Apa yang menyebabkan ia begitu
berbeda. Kita tahu Yesus yang telah mati dan dibangkitkan, serta Roh Kudus yang memimpinnya.
Ada orang yang berani sekedar berani, alias nekad. Tetapi murid-murid Yesus berbeda. Mereka
berbicara kebenaran.

Kisah Para Rasul 4:13 mencatat, “Ketika sidang itu melihat keberanian Petrus dan Yohanes
dan mengetahui, bahwa keduanya orang biasa yang tidak terpelajar, heranlah mereka; dan mereka
mengenal keduanya sebagai pengikut Yesus.” Orang biasa dan tidak terpelajar menunjukkan orang yang
tidak hanya tidak berpendidikan tetapi juga tidak berpengalaman. Ada orang yang tidak berpendidikan,
tetapi ia punya pengalaman. Dan itu sudah cukup. Tetapi mereka? Dua-duanya tidak punya. Eit,
betulkah? Mereka punya Tuhan.


Sahabat GKI, apakah Anda punya pengalaman yang serupa? Apakah Anda memilih untuk berani di dalam
kebenaran? Apa yang dikatakan Petrus di sidang Mahkamah Agama tak terbantahkan, “Silakan kamu
putuskan sendiri manakah yang benar di hadapan Allah: taat kepada kamu atau taat kepada Allah.”
(ayat 19).
Kemunafikan mereka seolah-olah ditelanjangi oleh murid Yesus. Orang yang mengatakan diri melayani
Tuhan tak mungkin bisa melarang orang lain mentaati Tuhan, bukan?

Pdt. Lindawati Mismanto, GKI Manyar, Surabaya