MEMPERALAT ORANG ATAU MEMPERALAT UANG

0
363
Pdt. Juswantori Ichwan

SINODEGKI.ORG – Pdt. Juswantori Ichwan, setelah lima tahun bekerja, bulan depan Doni bakal dipecat dari PT KMS (Korupsindo Makmur Sejahtera). Salahnya sendiri. Selama ditempatkan di bagian keuangan, dia tidak jujur. Utang-piutang perusahaan dimainkan seenaknya, demi keuntungannya. Tinggal sebulan lagi dia harus angkat kaki. Doni stress juga. Kerja apa kalau keluar dari sini? Mau jadi supir Gojek, nggak kuat nyetir seharian sambil bergelut dengan polusi Jakarta. Mau pulang kampung dan bertani? Malu, ah. Lalu Doni dapat ide brilian: begitu aku dipecat, gaji pasti hilang, tetapi koneksi masih bisa dipertahankan. Kalau aku bisa menjaga hubungan baik dengan para debitur yang berutang dengan perusahaan, siapa tahu nanti mereka bisa kasih aku kerjaan?

Sebulan itu Doni sibuk menelepon para debitur. “Halo, Pak. Saya bakal keluar dari PT KMS bulan depan. Thanks ya, buat kerjasamanya selama ini. Sebagai tanda terimakasih, aku mau kasih keringanan pembayaran hutang. Bapak nggak perlu bayar penuh utang Rp 100 juta itu. Bayar setengahnya saja. Nanti record hutang di komputer perusahaan dan catatan manualnya aku ubah.” Para debitur tentu kaget sekali, tetapi sekaligus girang dapat keringanan utang mendadak. Setelah Doni dipecat, dia kehilangan gaji, tetapi tidak kehilangan koneksi. Dia malah menjadi “hero” bagi para debitur. Sebagai balas jasa, salah satu debitur memberinya lowongan kerja di perusahaan UMKM miliknya.

Apakah Doni orang baik? Tentu saja tidak. Dia bendahara yang tidak jujur. Dia suka memanipulasi data keuangan, tetapi pintarnya nggak ketulungan. Doni mengerti the power of relationship. Itu sebabnya setelah tahu bahwa ia harus melepas semua uang perusahaan yang dipegangnya, uang itu dipakainya untuk “membeli relasi” yang bisa berdampak panjang, melebihi masa kerjanya di perusahaan.

RELATED ARTICLE  Motivasi Beribadah

Kalau orang selicik Doni saja tahu bahwa relasi (manusia) lebih penting daripada uang (barang), bukankah Anda yang orang baik-baik seharusnya lebih mengutamakan orang daripada uang? Yesus, ketika menceritakan perumpamaan ini, berkomentar: “Ikatlah persahabatan dengan mempergunakan Mamon yang tidak jujur, supaya jika Mamon itu tidak dapat menolong lagi, kamu diterima di kemah abadi.” Uang/harta bukan sobat yang baik, sebab dia bisa hilang kapan saja. Uang tak selamanya ia bisa menolong kita, tapi relasi bisa! So? Jangan jadikan uang sahabat sejati. Alih-alih memperalat orang untuk mendapatkan uang, pakailah uang sebagai alat untuk mempererat relasi dengan orang. Tentu tidak dengan maksud supaya ‘dapat kerjaan” seperti si Doni! Dengan tulus, gunakanlah harta untuk menunjukkan penghargaan kita atas persahabatan. Sebab tiap relasi itu priceless.