Investasi Berbasis Agama Terus Dikembangkan

0
24
Siswa peserta pelatihan tatabusana di Usa River Rehabilitation & Vocational Training Center, di dekat Arusha, Tanzania. (Foto: Gregg Brekke/WCC)

SINODEGKI.ORG – Dalam konferensi daring (online) yang dihadiri lebih dari 150 orang pada tanggal 15 Januari 2021, gereja-gereja di seluruh dunia mengeksplorasi bagaimana mereka dapat berkontribusi pada investasi yang digerakkan oleh iman dan membawa dampak.

Acara bertajuk “Investasi Berbasis Keyakinan: Menjalankan Apa yang Sudah Disepakati” itu merupakan bagian dari Konferensi Investasi Berbasis Keyakinan Internasional yang ke-4, yang tahun ini pelaksanaannya dibagi menjadi sesi online regional.

Alokasi sumber daya – modal, manusia, dan sumber daya alam – dengan dampak terbaik pada pembangunan, menjadi semakin penting dalam konteks mewabahnya Covid-19.

Konferensi tersebut membahas masalah dan berbagi pengalaman proyek investasi yang sukses dan menantang, memperkuat kerja sama yang berdampak antara mitra dan investor berbasis agama, dan menyajikan alat untuk membuat sebuah proyek dapat diinvestasikan. Acara itu diselenggarakan oleh Yayasan Agape Jenewa dan dipandu bersama oleh Dewan Gereja Sedunia (World Council of Churches/WCC), FaithInvest, dan Koalisi Bisnis Aliansi Injili Dunia.

Sesi konferensi itu berfokus pada Afrika dan Eropa, sementara itu acara serupa dengan fokus di Asia dijadwalkan digelar pada 5 Maret 2021.

Dalam sambutannya, Prof Dr Christoph Stückelberger, Direktur Eksekutif dari Yayasan Agape Jenewa, berbicara tentang pendekatan inovatif untuk investasi, dengan organisasi berbasis agama menjadi mitra.

Dalam kata sambutannya, Wakil Sekretaris Jenderal WCC Prof Dr Isabel Apawo Phiri merefleksikan dampak Covid-19 pada banyak bidang kehidupan masyarakat, dan mengingatkan darurat kesehatan global adalah muara sekaligus pemicu krisis ekonomi yang sedang berlangsung.  “Ini juga sangat terkait dengan iklim dan krisis ekologi yang lebih besar,” katanya.

“Karena itu, kita perlu berinvestasi secara sungguh-sungguh dalam sistem kesehatan, perawatan, dan ketahanan, serta dalam perlindungan dan regenerasi ekologi global kita milik bersama,” ia menambahkan.

RELATED ARTICLE  Peneguhan Pdt. Hendra Setia Prasaja dan Pdt. Darwin Darmawan

Diskusi panel berfokus pada dampak investasi berbasis keyakinan di dalam dan setelah pandemi virus corona.

Anis Ashgar, investor, Oikosinvest Foundation, mengatakan, “Hampir semua investor mempertanyakan: Apa yang terjadi dengan investasi saya? Orang tidak lagi ingin berinvestasi pada apa yang tidak mereka sukai – ini bukan hanya tentang pengembalian investasi, tetapi juga pengembalian sosial. Tujuan Pembangunan Berkelanjutan itu penting, dan dampaknya saat ini diukur dengan lebih baik. Pasar baru yang sedang berkembang lebih sadar dan lebih didorong oleh dampak.”

Nkatha Njeru, koordinator Platform Asosiasi Kesehatan Kristen Afrika, menawarkan wawasan tentang kebutuhan, risiko, dan peluang proyek kesehatan. “Hal terbaik tentang organisasi berbasis agama adalah mereka dapat menjangkau daerah pedesaan dengan informasi, misalnya mengenai risiko berkumpul di gereja. Organisasi berbasis agama dapat bekerja sama dengan para pemimpin gereja untuk menciptakan pemahaman tentang cara-cara beribadah pada saat pandemi.”

Bruno Bobone, presiden baru UNIAPAC, tempat pertemuan internasional bagi para eksekutif bisnis Kristen untuk mempromosikan pemikiran sosial Kristen dalam dunia bisnis, berbicara tentang kontribusi pengusaha Kristen untuk investasi berbasis iman dengan fokus pada Afrika. “Pemuda dan pertumbuhan adalah dua aset penting di Afrika, di mana kita akan menemukan peluang,” katanya.

“Kita harus bekerja dalam jangka panjang dan menjamin keberlanjutan investasi kita. Yang paling penting, menunjukkan dengan cara praktis bahwa kita yakin akan bekerja dengan cara itu, dan bahwa kita termasuk dalam masyarakat tempat kita berinvestasi. Ini adalah tentang menciptakan kesejahteraan dan mendistribusikannya secara adil.”

Roland Schatz, CEO, UNGSII Foundation dan presiden Yayasan Agape Jenewa, berbagi dengan Günter Nocke dari Kementerian Pembangunan Jerman bagaimana Pemerintah Jerman bekerja sama dengan investasi berbasis agama: “Jika kita tidak berhasil melaksanakan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan dengan 2030, kita akan kehilangan semua kredibilitas. Kita punya perangkatnya, jadi ayo kita lakukan!”

RELATED ARTICLE  Pelembagaan GKI Cibeureum

Konferensi tersebut juga menampilkan refleksi di bidang suku bunga, ekuitas, hibah, dan pemerintahan, serta prinsip dan praksis dalam investasi Islam, Hindu, dan antaragama. Peluang investasi nyata dengan gereja dan kelompok agama lain telah diidentifikasi dalam enam sektor: kesehatan, pendidikan, real estate, pertanian pangan dan air, energi terbarukan, serta sektor iklim dan keuangan.

Acara ditutup dengan berbagi pengalaman praktik yang baik. (oikoumene.org/at)