Kritik dan Pelayanan

0
149
kayu salib hasil kerajinan tangan. Foto: aliexpress.com

Rasanya semua orang yang terlibat dalam pelayanan, entah pelayanan kepada publik, masyarakat, ataupun pelayanan dalam komunitas terbatas tertentu, mengetahui bahwa tak ada pelayan dan pelayanan yang bebas dari dikritik. Sesungguh-sungguh apapun pelayan mengerjakan karya-layanannya, sebaik apapun pelayanan dipersembahkan, tetap saja ada kurangya, ada cela untuk dikritik. Ini disebabkan karena kebutuan dan apalagi selera mereka yang dilayani memang sangat bervariasi, sehingga mustahil untuk dipuaskan secara keseluruhan, dan pada saat yang sama memang tidak ada pelayan dan pelayanan yang sempurna.

Karena itu, kritik bagi seorang pelayan adalah hal biasa. Kritik adalah tanda bahwa yang dikerjakan itu berarti atau memberi dampak, sehingga mengundang perhatian mereka yang dilayani untuk memberi umpan balik, kritik. Kalau yang dikerjakan sang pelayan malah sepi-sepi saja dari komentar atau kritik, sang pelayan perlu mawas diri, jangan-jangan yang dikerjakan tak berdampak apa-apa bagi mereka yang dilayani.

Pada saat yang sama, sang pelayan perlu terus waspada dan memastikan bahwa ketika kritik diberikan, itu terjadi bukan karena kesemberonoan atau kemalasan sang pelayan. Seorang pelayan harus berkarya sedemikian rupa sehingga tidak memberi tempat bagi siapapun untuk mencela. Seperti yang dituliskan Paulus berikut ini: “Dalam hal apapun kami tidak memberi sebab orang tersandung, supaya pelayanan kami jangan sampai dicela. (2 Kor. 6:3). Artinya, seorang pelayan perlu mengerjakan karya-layanannnya dengan sebaik mungkin, seoptimal potensi yang Tuhan berikan. Kritik hanyalah penanda bahwa tak ada pelayan dan pelayanan yang sempurna.

RELATED ARTICLE  Perasaan Tidak Aman